Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Tak Bisa Berhenti Merokok? Salahkan Gen Anda

Written By Unknown on Minggu, 31 Maret 2013 | 10.19

Sabtu, 30 Maret 2013 | 05:02 WIB

TEMPO.CO, London - Para ilmuwan menemukan ternyata gen bukan keinginan yang kuat yang membuat sebagian orang tidak bisa berhenti merokok. Para ahli mengidentifikasi berbagai varian gen yang bisa meningkatkan kecenderungan seseorang untuk menjadi perokok berat sepanjang hidupnya.

Mereka yang terkena dampak ini, menurut situs Daily Mail, lebih banyak terpengaruh di usia remaja dan segera menjadi perokok yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari. Sebagai orang dewasa, mereka menemukan bahwa lebih sulit untuk berhenti dari kebiasaan tersebut dibandingkan mereka yang mempunyai gen yang berbeda.

Para ilmuwan mempelajari hampir seribu orang Selandia Baru sejak lahir hingga berusia 38 tahun untuk mengidentifikasi mereka yang mempunyai risiko secara genetis menjadi perokok. Partisipan dengan profil genetis berisiko tinggi ternyata lebih cenderung merokok setiap hari saat remaja.

Para usia 38 tahun, mereka menjadi perokok berat hingga bertahun-tahun dan lebih parah mengalami ketergantungan pada nikotin, dan lebih cenderung untuk gagal jika ingin berhenti merokok.

"Risiko genetis dipercepat dengan perkembangan perilaku merokok," kata ketua peneliti Dr. Daniel Belsky dari Duke University di Durham, Amerika. "Remaja yang berisiko tinggi mengalami masa transisi yang lebih cepat dari mencoba rokok menjadi perokok berat."

Perubahan genetis tidak mempengaruhi seseorang untuk mencoba rokok pada kali pertama. Namun orang yang mencoba untuk merokok dan mempunyai risiko tinggi akan meningkatkan peluang untuk menjadi perokok dan ketergantungan pada nikotin.

Hasil riset yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry ini berdasarkan pada skor risiko genetis yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang mengukur seluruh kode genetis untuk melihat hubungannya dengan kebiasan merokok.

Perubahan pada DNA dan gen-gen sekitarnya yang mempengaruhi respon tubuh dan otak terhadap nikotin lebih umum terjadi pada perokok berat. Namun, bagaimana varian gen ini mempengaruhi secara spesifik belum diketahui secara pasti.

Pakar kesehatan sosial yang tidak terlibat dalam riset ini, Profesor Denise Kandel dari Columbia University di New York, mengatakan remaja memang dalam periode berisiko tinggi untuk kecanduan nikotin.

Hasil riset ini menunjukkan mengapa remaja menjadi target penting untuk pencegahan merokok. "Bagaimana risiko genetis berpengaruh pada fungsi otak, yang pada akhirnya bereaksi pada nikotin," ujar Kandel.

Hasil temuan ini diyakini mempunyai efek bagi kesehatan publik. "Kebijakan kesehatan publik perlu membuat aturan yang lebih tegas agar remaja tidak menjadi perokok reguler, dan harus terus fokus pada upaya pencegahan merokok," kata Dr. Belsky.

DAILY MAIL | ARBA'IYAH SATRIANI

Berita terpopuler lainnya:
Ketua Umum Terpilih, Ibas Mundur sebagai Sekjen
Kasus Lapas Cebongan, Polda Perlu Gaet Agen Asing?
Jokowi Kalah Sama Penjual Dompet
Car Free Night Bandung Diuji Coba Besok


10.19 | 0 komentar | Read More

Ini Aturan Kerah Saat Mengenakan Kimono

Parade berpakaian Kimono shogun Jepang (istri pemimpin militer) dan pengikutnya pada jaman Edo, di daerah perbelanjaan Tokyo Asakusa, Senin (3/11). AP Photo/Koji Sasahara

Sabtu, 30 Maret 2013 | 05:49 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pakaian tradisional Jepang, kimono ternyata memiliki banyak aturan ketika akan dikenakan. Aturan mulai dari cara memakai jubah yang berbahan sutra hingga kelakuan saat memakai jubah itu.

"Sebelum memakai kimono, penggunanya harus memakai singlet dalam, jubah dalam kimono berwarna putih berbahan katun, baru pakai jubah kimono yang sutra," kata ahli kimono, Kai, beberapa waktu lalu.

Dalam pemakaian kerahnya juga harus diperhatikan. Saat memakai kimono, kerah kiri harus berada di atas kerah kanan. Hal itu dilakukan agar tangan kanan bisa merogoh saku di bagian dalam jubah kiri kimono itu. "Jangan terbalik. Kalau kerah kanan yang di atas, artinya orang itu sedang berduka. Jadi orang langsung akan bertanya-tanya siapa yang meninggal di keluarganya," lanjut Kai.

Itu bagian kerah depan. Kerah bagian belakang pun harus diperhatikan. Bagi wanita, biasanya kerah kimono bagian belakang akan lebih rendah daripada kimono pria. "Salah satu unsur kecantikan wanita Jepang itu punuknya," kata Kai.

Menurut Kai, pada acara formal, kerah bagian belakangnya akan terlihat rendah, namun masih dalam kadar biasa. Namun bagi beberapa wanita penghibur bagian belakang lehernya itu menjadi salah satu andalannya menyampaikan kecantikan dirinya. Sehingga tak jarang mereka akan lebih lebar membuka kerah bagian belakangnya untuk memperlihatkan kecantikan punuknya itu.

Karena bagian belakang leher wanita Jepang itu salah satu tanda kecantikan yang ingin diperlihatkan mereka, maka aturan rambutnya pun harus diikuti. Bagi wanita berambut panjang, sebaiknya ketika memakai kimono rambutnya disanggul ke atas. Namun bagi wanita berpotongan rambut pendek, rambutnya boleh digerai saja.

MITRA TARIGAN

Berita terpopuler lainnya:
Ketua Umum Terpilih, Ibas Mundur sebagai Sekjen
Jokowi Kalah Sama Penjual Dompet 
Kasus Lapas Cebongan, Polda Perlu Gaet Agen Asing?
Car Free Night Bandung Diuji Coba Besok
Chairul Tanjung akan Beli Saham Viva Media


10.19 | 0 komentar | Read More

Tak Bisa Berhenti Merokok? Salahkan Gen Anda

Written By Unknown on Sabtu, 30 Maret 2013 | 10.19

Sabtu, 30 Maret 2013 | 05:02 WIB

TEMPO.CO, London - Para ilmuwan menemukan ternyata gen bukan keinginan yang kuat yang membuat sebagian orang tidak bisa berhenti merokok. Para ahli mengidentifikasi berbagai varian gen yang bisa meningkatkan kecenderungan seseorang untuk menjadi perokok berat sepanjang hidupnya.

Mereka yang terkena dampak ini, menurut situs Daily Mail, lebih banyak terpengaruh di usia remaja dan segera menjadi perokok yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari. Sebagai orang dewasa, mereka menemukan bahwa lebih sulit untuk berhenti dari kebiasaan tersebut dibandingkan mereka yang mempunyai gen yang berbeda.

Para ilmuwan mempelajari hampir seribu orang Selandia Baru sejak lahir hingga berusia 38 tahun untuk mengidentifikasi mereka yang mempunyai risiko secara genetis menjadi perokok. Partisipan dengan profil genetis berisiko tinggi ternyata lebih cenderung merokok setiap hari saat remaja.

Para usia 38 tahun, mereka menjadi perokok berat hingga bertahun-tahun dan lebih parah mengalami ketergantungan pada nikotin, dan lebih cenderung untuk gagal jika ingin berhenti merokok.

"Risiko genetis dipercepat dengan perkembangan perilaku merokok," kata ketua peneliti Dr. Daniel Belsky dari Duke University di Durham, Amerika. "Remaja yang berisiko tinggi mengalami masa transisi yang lebih cepat dari mencoba rokok menjadi perokok berat."

Perubahan genetis tidak mempengaruhi seseorang untuk mencoba rokok pada kali pertama. Namun orang yang mencoba untuk merokok dan mempunyai risiko tinggi akan meningkatkan peluang untuk menjadi perokok dan ketergantungan pada nikotin.

Hasil riset yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry ini berdasarkan pada skor risiko genetis yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang mengukur seluruh kode genetis untuk melihat hubungannya dengan kebiasan merokok.

Perubahan pada DNA dan gen-gen sekitarnya yang mempengaruhi respon tubuh dan otak terhadap nikotin lebih umum terjadi pada perokok berat. Namun, bagaimana varian gen ini mempengaruhi secara spesifik belum diketahui secara pasti.

Pakar kesehatan sosial yang tidak terlibat dalam riset ini, Profesor Denise Kandel dari Columbia University di New York, mengatakan remaja memang dalam periode berisiko tinggi untuk kecanduan nikotin.

Hasil riset ini menunjukkan mengapa remaja menjadi target penting untuk pencegahan merokok. "Bagaimana risiko genetis berpengaruh pada fungsi otak, yang pada akhirnya bereaksi pada nikotin," ujar Kandel.

Hasil temuan ini diyakini mempunyai efek bagi kesehatan publik. "Kebijakan kesehatan publik perlu membuat aturan yang lebih tegas agar remaja tidak menjadi perokok reguler, dan harus terus fokus pada upaya pencegahan merokok," kata Dr. Belsky.

DAILY MAIL | ARBA'IYAH SATRIANI

Berita terpopuler lainnya:
Ketua Umum Terpilih, Ibas Mundur sebagai Sekjen
Kasus Lapas Cebongan, Polda Perlu Gaet Agen Asing?
Jokowi Kalah Sama Penjual Dompet
Car Free Night Bandung Diuji Coba Besok


10.19 | 0 komentar | Read More

Ini Aturan Kerah Saat Mengenakan Kimono

Parade berpakaian Kimono shogun Jepang (istri pemimpin militer) dan pengikutnya pada jaman Edo, di daerah perbelanjaan Tokyo Asakusa, Senin (3/11). AP Photo/Koji Sasahara

Sabtu, 30 Maret 2013 | 05:49 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pakaian tradisional Jepang, kimono ternyata memiliki banyak aturan ketika akan dikenakan. Aturan mulai dari cara memakai jubah yang berbahan sutra hingga kelakuan saat memakai jubah itu.

"Sebelum memakai kimono, penggunanya harus memakai singlet dalam, jubah dalam kimono berwarna putih berbahan katun, baru pakai jubah kimono yang sutra," kata ahli kimono, Kai, beberapa waktu lalu.

Dalam pemakaian kerahnya juga harus diperhatikan. Saat memakai kimono, kerah kiri harus berada di atas kerah kanan. Hal itu dilakukan agar tangan kanan bisa merogoh saku di bagian dalam jubah kiri kimono itu. "Jangan terbalik. Kalau kerah kanan yang di atas, artinya orang itu sedang berduka. Jadi orang langsung akan bertanya-tanya siapa yang meninggal di keluarganya," lanjut Kai.

Itu bagian kerah depan. Kerah bagian belakang pun harus diperhatikan. Bagi wanita, biasanya kerah kimono bagian belakang akan lebih rendah daripada kimono pria. "Salah satu unsur kecantikan wanita Jepang itu punuknya," kata Kai.

Menurut Kai, pada acara formal, kerah bagian belakangnya akan terlihat rendah, namun masih dalam kadar biasa. Namun bagi beberapa wanita penghibur bagian belakang lehernya itu menjadi salah satu andalannya menyampaikan kecantikan dirinya. Sehingga tak jarang mereka akan lebih lebar membuka kerah bagian belakangnya untuk memperlihatkan kecantikan punuknya itu.

Karena bagian belakang leher wanita Jepang itu salah satu tanda kecantikan yang ingin diperlihatkan mereka, maka aturan rambutnya pun harus diikuti. Bagi wanita berambut panjang, sebaiknya ketika memakai kimono rambutnya disanggul ke atas. Namun bagi wanita berpotongan rambut pendek, rambutnya boleh digerai saja.

MITRA TARIGAN

Berita terpopuler lainnya:
Ketua Umum Terpilih, Ibas Mundur sebagai Sekjen
Jokowi Kalah Sama Penjual Dompet 
Kasus Lapas Cebongan, Polda Perlu Gaet Agen Asing?
Car Free Night Bandung Diuji Coba Besok
Chairul Tanjung akan Beli Saham Viva Media


10.19 | 0 komentar | Read More

Cara Jitu Ubah Gaya Hidup Lebih Sehat

Written By Unknown on Jumat, 29 Maret 2013 | 10.19

Jum'at, 29 Maret 2013 | 03:53 WIB

TEMPO.CO , Jakarta: Perubahan gaya hidup masyarakat kota besar seperti Jakarta sudah menjadi biang penyakit yang banyak dirasakan para penderita penyakit degeneratif. Dengan pola hidup yang suka mengkonsumsi makanan siapa saji, dan tanpa latihan fisik yang cukup bisa menjadi akar masalah penyakit seperti kanker, diabetes, obesitas, serta gangguan psikis.

Mau tidak mau, mengubah pola hidup lah cara terbaik untuk tetap sehat. Kebanyakan orang tahu pola hidup sehat adalah konsumsi makanan sehat serta berolahraga teratur. Namun banyak saja orang enggan melakukan gaya hidup sehat itu.

"Mengubah mindset adalah cara terbaik membantu orang mengubah pola hidup," kata pakar gaya hidup sehat dr Phaidon L Toruan di Ritz Carlton, Rabu, 27 Maret 2013. Phaidon mengatakan cara paling efektif mengubah pola hidup itu dengan tiga cara, yaitu kata-kata kreatif, neurolinguistik, dan hipnotis.

Phaidon mengaku lebih sering membantu pasien mengubah mindset untuk perubahan gaya hidup. Ketika seorang wanita diminta makan nasi merah untuk kesehatan jantung, pasti wanita itu belum akan cepat sadar. Namun bila memintanya dengan permainana kata-kata kreatif, ia yakin wanita itu langsung mengubah makanannya.

"Kalau ditanya mau enggak wajahnya dibuat muda 5-10 tahun? Selulit hilang, perut rata dan dada kencang? Kalau mau coba ganti nasi putihnya dengan nasi merah. Ganti pula gula putih dengan gula aren," katanya mencontohkan cara mengubah kata-kata kreatif itu.

Pria berkacamata itu yakin degan kata pemicu semanagat, seseorang dapat langsung mengubah pola hidupnya menjadi lebih baik.

Kata kreatif juga bisa digunakan kepada para pria. Seorang pria mungkin susah diminta mengubah makanannya karena dikhawatirkan berisiko kanker, jantung. Namun bila pertanyaan diubah, seperti mau nggak tenaganya lebih kuat, lebih bergairah dan tahan lama dalam berhubungan seksual? Setelah itu, saran-saran seperti mengubah nasi putih menjadi nasi merah, mengurangi rokok, dan rajin berolahraga atau tidak mengkonsumsi junk food diyakin akan nyantol di memori pria itu.

Phaidon mengatakan kata-kata kreatif dapat pula menjadi penyemangat seorang berolahraga secara teratur. Seseorang pasti akan sangat sulit mau berolahraga keluar komplek bila hanya diminta untuk "Ayo olahraga 30 menit saja seminggu tiga kali."

Tapi bila pertanyaan diganti, "Mau enggak hilangin selulit paha hanya dalam 10 menit sehari? Kalo iya, coba berolahraga 10 menit saja selama tiga hari dalam sepekan," Phaidon menyarankan. Dengan mengubah kata-kata menjadi lebih kreatif, ia yakin orang yang diajak senang hati mengubah gaya hidup.

MITRA TARIGAN

Topik Terhangat Tempo.co: Serangan Penjara Sleman || Adi Vs Eyang Subur || Harta Djoko Susilo ||Agus Martowardojo

Baca juga
Muda tapi Botak? Hati-hati Kanker Prostat, Pak! 
Tato Sementara Bahayakan Kulit
Salad Ternyata Lebih Berbahaya daripada Burger 
Hati-hati, Bersihkan Bulu Tubuh Berisiko Infeksi
Stres Melanda, Jauhi Delapan Makanan Ini  


10.19 | 0 komentar | Read More

Komunitas MomPreneur, Cetuskan Semangat Berbisnis  

Jum'at, 29 Maret 2013 | 09:33 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pekerjaan ibu rumah tangga yakni mengurus keluarga semestinya tak membatasi perempuan dalam berbisnis. Kaum ibu yang tergabung dalam komunitas MomPreneur membuktikan bagaimana ibu rumah tangga mampu meraih sukses melalui bisnis. Adalah Ries Suryanita, pendiri komunitas MomPreneur yang berawal dari Facebook. Dengan tagline Moms..Its Time to Share ini, dalam kurun waktu satu tahun, Ries berhasil mengumpulkan anggota hingga 300 orang dari seluruh Indonesia.

"Saya dikasih komputer sama suami, awalnya saya berbisnis online lewat Facebook akhirnya saya mendirikan komunitas ini," kata Ries di seminar Hobi Jadi Bisnis, Ahad 24 Maret 2013.

Wanita yang perduli dengan makanan sehat ini, awalnya melakukan kopdar (kopi darat) dengan para anggotanya hanya berjumlah 15 orang. Karena dari mulut ke mulut dan melebar dari FB, komunitasnya semakin luas.

"Semangat untuk mandiri , tanggung jawab dan dapat dipercaya selalu menyertainya.  Fitroh seorang ibu adalah untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangga, mengurus anak, mengurus kegiatan di rumah, mengajari anak, menyuapin anak, menyusui bayinya, mengurusi suami dan lainnya," terang Ries. Komunitasnya kini semakin intens melakukan komunikasi lewat Blackberry Messanger.

Ries selalu memberikan kegiatan serta membangun semangat dan berbagi inspirasi bagi ibu rumah tangga untuk memiliki wirausaha tanpa meninggalkan pekerjaan utamanya dalam mengasuh anak.

Sementara kegiatan-kegiatan di MomPreneur antara lain bekerjasama dengan Taman Baca Mandiri yang dikelola Hughes, pelatihan bisnis online, publik speaking, bazar workshop dan seminar.

"Banyak ibu-ibu yang ingin berjualan tapi tidak mengerti bagaimana caranya. Dan di sini kita berbagi, mimpi saya adalah mengumpulkan banyak orang untuk berbisnis dan saling bekerjasama," kata wanita yang tergabung dalam KOI (Komunitas Organik Indonesia) ini.  Untuk menjadi anggota MomPreneur mudah saja. Tinggal buka Facebook, Super Mom jadi Pebisnis dan gabung dengan grup. 

ALIA FATHIYAH

Berita Lain:
Cara Jitu Ubah Gaya Hidup Lebih Sehat
Belanja Arloji Mewah Indonesia Bernilai Triliunan
Sarapan Telur Bikin Anda Langsing 
Ibu Hamil Tidur Telentang Risiko Kematian Bayi


10.19 | 0 komentar | Read More

Muda Tapi Botak? Hati-Hati Kanker Prostat, Pak!

Written By Unknown on Kamis, 28 Maret 2013 | 10.19

Kamis, 28 Maret 2013 | 06:35 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Waspadalah para pria yang kehilangan rambut di usia yang masih relatif muda. Para peneliti menyebut ada hubungan potensial antara kebotakan dan risiko kanker prostat.

Studi itu dikuatkan dengan hasil penelitian teranyat terhadap pria Afrika-Amerika. Studi itu menunjukkan resiko lebih tinggi terkena kanker prostat pada mereka yang kehilangan rambut di usia muda.

Dalam studi yang dipublikasikan di Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, peneliti berfokus khusus pada pria Afrika-Amerika, karena mereka memiliki tingkat tertinggi kanker prostat pada pria di Amerika Serikat dan dua kali lebih mungkin meninggal akibat penyakit ini daripada pria dari ras lain.

Responden, 318 pria dengan kanker prostat dan 219 orang sebagai responden kontrol berusia sama, ditanya tentang diagnosis kanker prostat serta jenis tertentu dari kerontokan rambut pada usia 30 tahun: tidak ada kebotakan, kebotakan frontal (di bagian depan) atau kebotakan vertex (di bagian tengah atau belakang).

Secara keseluruhan, pria dengan semua jenis kebotakan memiliki resiko 69 persen lebih besar kemungkinan terkena kanker prostat, dan laki-laki muda dengan rambut rontok frontal enam kali lebih mungkindari pria tanpa kebotakan. Biasanya, kanker prostat mereka terdeteksi pada usia 60 tahun.

Pola kebotakan tampaknya membuat perbedaan, dengan rambut rontok frontal dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena kanker dibanding kebotakan vertex. Itu berbeda dengan studi sebelumnya, yang menemukan tak ada perbedaan dalam resiko tergantung pada pola kebotakan.

Meskipun studi ini melibatkan sejumlah kecil peserta, para peneliti mengatakan temuan menunjukkan cara baru yang berpotensi penting untuk mengidentifikasi orang-orang yang mungkin berada pada risiko tertinggi terkena kanker prostat. Mengapa pola botak yang terhubung dengan kanker prostat tidak diketahui, namun para peneliti percaya perubahan kadar hormon mungkin berada di balik temuan ini.

REUTERS | TRIP B


10.19 | 0 komentar | Read More

Cara Benar Mengoleskan Pelembab Wajah

Orwell dan Gie vs Sunan Giri

Saya punya janji pada diri sendiri: mengunjungi makam penulis dan tokoh favorit saya selama kuliah di Inggris. Sampai saat ini saya sudah mengunjungi beberapa makam, misalnya Karl Marx dan George Eliot di London, serta George Orwell di Oxford. Bulan depan


10.19 | 0 komentar | Read More

Pencinta Hewan, Gabung di Djakarta Musang Lovers  

Written By Unknown on Rabu, 27 Maret 2013 | 10.19

Selasa, 26 Maret 2013 | 14:59 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Djakarta Musang Lovers, biasa disingkat Djamal, adalah komunitas para pencinta musang yang dibentuk enam bulan lalu. Kelompok ini beranggotakan 500 orang dari berbagai kota. Dan mereka memelihara pelbagai jenis musang, hewan asli Indonesia. Ada musang pandan dari Pulau Jawa, musang bulan asal Sumatera, dan jenis lainnya.

Kata Ketua Pembina Djamal, Jenny Chandra Majo, tidak sulit memelihara musang. Malah sama seperti mengurus hewan lainnya. Sebab, musang mudah diberi makan dan tidak memilih-milih. "Musang itu jenis hewan omnivora, gampang makannya," ujar perempuan 40 tahun ini.

Majo sering memberi musang peliharaannya makanan berupa pisang dan daging. Dan sehari-hari, dia biasa berinteraksi dengan si musang. Bahkan mengajak musang peliharaannya jalan-jalan. "Musang itu pemalu. Harus diajak bergaul," kata dia.

Untuk seekor anak musang, Majo melanjutkan, calon pemelihara dapat membelinya dengan harga Rp 300-400 ribu. Bersama Djamal, Majo berharap status musang dapat naik derajatnya di mata masyarakat. "Tidak lagi dianggap hama pengganggu dan diburu untuk dibunuh, tetapi bisa dijadikan hewan peliharaan." Kumpul dengan komunitas lainnya di sini.

HERU TRIYONO

Topik Terhangat: Kudeta||Serangan Penjara Sleman||Harta Djoko Susilo||Nasib Anas

Baca juga:
Mendengarkan Lantunan Musik Klasik ala Palestina
Vino Bastian Belajar Jadi Ayah di Film
Sastra Purnama, Penyair Baca Puisi Linus Suryadi
Pure Saturday Ramaikan ARTE Arts Festival


10.19 | 0 komentar | Read More

Hamil Sambil Bekerja Tak Berisiko Buruk pada Bayi?  

Rabu, 27 Maret 2013 | 03:32 WIB

TEMPO.CO, Jakarta--Bekerja selama hamil tidak menaikkan risiko wanita melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan rendah, demikian sebuah penelitian terbaru mengungkapkan.

Para ilmuwan meneliti data dari hampir 1.600 wanita yang melahirkan selama 2005. Sebagian dari mereka bekerja paruh waktu, penuh waktu dan tidak bekerja sama sekali saat hamil.

Ternyata, tidak ada perbedaan angka kelahiran prematur atau berat lahir bayi berat yang rendah antara wanita yang bekerja dan yang tidak bekerja selama kehamilan, demikian diungkapkan para peneliti dari University of Minnesota. Namun, mengetahui faktor risiko (seperti dari kelompok kulit hitam) tetap berkaitan kuat dengan kelahiran prematur dan berat rendah bayi saat lahir, ungkap hasil penelitian yang dipublikasikan online belum lama ini di jurnal Women's Health Issues.

"Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara karakterisitik pekerjaan tertentu seperti pekerja fisik yang membutuhkan tenaga banyak dan waktu kerja yang lama, dan buruknya kondisi bayi yang dilahirkan. Tetapi hasil-hasil riset tersebut tidak bisa menemukan perbedaan jenis pekerjaan wanita dengan bayi yang dilahirkan, apakah itu sebuah keharusan atau pilihan; sangat berbeda dengan mereka yang tidak mengalaminya," kata ketua riset, Backes Kozhimannil, dari divisi manajemen dan kebijakan kesehatan di universitas tersebut, seperti dikutip situs Health Day edisi 25 Maret 2013.

Para peneliti mengatakan bahwa temuan mereka menunjukkan bahwa fokus yang harus diprioritaskan bukanlah pada apakah wanita bekerja saat hamil atau tinggal di rumah, tetapi pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Khususnya, pekerjaan-pekerjaan yang berisiko menyebabkan kelahiran prematur atau berat lahir yang rendah.

"Riset kami mengulang mengenai pentingnya dialog kebijakan yang berlanjut mengenai tantangan yang dihadapi para ibu yang bekerja," kata Kozhimannil. Ia mengatakan bahwa Pregnant Workers Fairness Act, yang saat ini sedang dibahasa Kongres Amerika, telah memunculkan debat mengenai menjaga kesehatan saat hamil di antara wanita bekerja. Cek info kesehatan dan gaya hidup di sini.

HEALTH DAY I ARBA'IYAH SATRIANI

Topik Terhangat: Kudeta || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas

Baca juga:
4 Makanan Ini Seharusnya Dihindari
Cokelat Mengurangsi Risiko Stroke
Barista, Duta Kopi Indonesia
Amy Atmanto, Perancang Busana Para Tokoh Politik


10.19 | 0 komentar | Read More

4 Makanan Ini Seharusnya Dihindari

Written By Unknown on Selasa, 26 Maret 2013 | 10.19

Selasa, 26 Maret 2013 | 04:15 WIB

TEMPO.CO , Jakarta: Memilih makanan sehat adalah salah satu upaya menjaga kesehatan. Begitu juga dengan menghindari makanan-makanan yang tak sehat. Ada sejumlah makanan yang sebainya Anda hindari jika ingin mencapai tujuan itu. Berikut beberapa di antaranya:

Soda
Tahukan Anda, soda dipenuhi dengan kalori kosong yang berasal dari sirup jagung berfruktosa tinggi? Selain itu, alasan menghindari minuman soda adalah karena soda berkontribusi pada obesitas. Soda juga meningkatkan risiko diabetes dan meningkatkan tekanan darah tinggi. (Baca: Makanan Bisa Bikin Rambut Sehat)

Roti Tawar
Dibuat dari terung maida, roti tawar adalah makanan tidak sehat. Alasannya, cara pembuatannya digelantang. Proses ini bukan hanya menghilangkan cita rasa roti, tapi juga menyingkirkan kandungan nutrisi esensialnya. Jadi daripada makan roti tawar, lebih baik memilih roti gandum atau roti cokelat untuk roti lapis Anda. (Baca: Tujuh Makanan Sehat untuk Penderita Kanker Payudara)

Susu Perah
Tentu saja, susu dan produknya bisa menyehatkan. Tapi susu perah yang mengandung banyak lemak dan kolesterol tentu tidak bagus. Pilihlah selalu susu dan turunan susu yang rendah lemak yang mengandung nutrisi yang Anda butuhkan.

Makanan Cepat Saji
Jumlah kalori satu kerat daging makanan cepat saji hampir setara dengan jumlah kalori yang seharusnya dikonsumsi dalam satu hari. Meskipun sebagian berasal dari protein, kebanyakan kalori itu berasal dari gula dan lemak. (Baca: Seks Sehat dari Makanan Sehat)
TIMES OF INDIA | AMIRULLAH
Berita terpopuler:

Salad Ternyata Lebih Berbahaya daripada Burger 
Begini Sihir Afrika Berpotensi Menyebarkan HIV 
Hati-Hati, Camilan Anak Bersodium Tinggi 
Bersihkan Vagina dengan Sabun Timbulkan Infeksi
Barista, Duta Kopi Indonesia


10.19 | 0 komentar | Read More

Pria Menghindari Selingkuh dengan Istri Teman

Selasa, 26 Maret 2013 | 04:47 WIB

TEMPO.CO , Missouri --- Sebuah penelitian mengklaim bahwa pria tampaknya enggan tertarik secara seksual kepada istri teman-teman mereka. Sebuah studi di University of Missouri menemukan kadar testosteron pria dewasa akan turun ketika mereka berinteraksi dengan pasangan teman dekatnya.

Memahami mekanisme biologis bahwa pria berhenti bersaing dengan sesama teman dekatnya dapat menjelaskan bagaimana orang bekerja sama dalam membentuk komunitas. "Meskipun laki-laki memiliki banyak kesempatan untuk mengejar jodoh si teman, namun peluang untuk selingkuh relatif sangat jarang," ujar Mark Flinn, profesor antropologi di University of Missouri.

Kadar testosteron pria umumnya meningkat ketika mereka berinteraksi dengan pasangan seksual potensial atau pasangan musuh. "Namun temuan kami menunjukkan bahwa pikiran manusia telah berevolusi untuk mendorong situasi dimana hubungan yang stabil dengan teman adalah sangat dihormati," kata Flinn. Menurutnya, pria yang terus menerus mengkhianati kepercayaan teman-teman mereka dan membahayakan stabilitas keluarga mungkin akan menyebabkan kerugian akan kelangsungan hidup bagi komunitas itu.

Reputasi dipercaya akan melebihi manfaat lebih dibandingkan memiliki keturunan dengan pendamping suami atau istri dari seorang teman. Profesor Flinn mengklaim bahwa temuan timnya bahkan dapat membantu kita menuju perdamaian dan kerjasama.

"Pada akhirnya, temuan kami tentang tingkat testosteron menjelaskan bagaimana orang telah berevolusi untuk membentuk aliansi," katanya. Temuan Profesor Flinn ini dilaporkan dalam jurnal Human Nature.

DAILY MAIL | ISMI WAHID


10.19 | 0 komentar | Read More

Membuat Hobi Jadi Bisnis  

Written By Unknown on Senin, 25 Maret 2013 | 10.19

Minggu, 24 Maret 2013 | 15:21 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Jangan remehkan hobi. Banyak pebisnis sukses mengawali usahanya dari hobi yang kelihatan tidak penting. Hobi sendiri bisa dibilang kegemaran yang disukai dan dilakukan berulang kali. Menurut Mike Rini Sutikno, seorang perencana keuangan dari PT Mitra Rencana Edukasi (MRE) dan pendiri komunitas Dare To Dream Indonesia (D2DI), untuk memulai bisnis harus dimulai dengan passion atau hasrat. Menurutnya, tanpa modal besar tapi memiliki passion bisa mengembangkan bisnis menjadi besar.

"Kunci bisnis itu hanyalah disiplin dan konsisten serta fokus," kata Mike dalam seminar "Hobby Jadi Bisnis" yang dilaksanakan D2DI dan komunitas Mompreneur, di Gedung Sarinah, Jakarta Ahad, 24 Maret 2013. "Setelah itu baru dikomersilkan," lanjutnya.

Menurut Mike, dalam tiga tahun ke depan, seorang pebisnis mulai belajar dan menganalisa usaha yang dilakukannya menguntungkan atau tidak dengan cara membuat proyeksi keuangan. "Learning from the mistakes. Dalam tiga tahun itu jangan berharap mendapatkan untung gede dulu," kata Mike.

Memulai bisnis dari hobi, kata Mike, harus ditunjang dengan beberapa langkah awal seperti happy (bahagia), uang, aktualisasi diri dan community (masyarakat). "Jangan pernah meremehkan kata bahagia dalam bisnis. Anda harus merasa bahagia dengan bisnis Anda jika menginginkan usaha itu sukses" kata Mike.

Dengan bahagia, melakukan bisnis yang dirintis bisa dilihat oleh pelanggan, sehingga bisa mendapatkan pendapatan lebih banyak. "Berbisnis itu fokus dan yakin. Kita juga harus mempunyai mimpi," katanya.

Sedangkan modal, menurutnya, memang diperlukan dalam memulai bisnis tapi bukan hal yang utama. "Bisnis bukan dimulai, tapi bagaimana Anda bertahan. Harus ada visi yang merupakan sebuah solusi tidak hanya mendapatkan keuntungan," kata Mike yang menyarankan lebih baik terpisah membuat rekening bisnis dan pribadi.

Sedangkan untuk community atas masyarakat, kata Mike, berbisnis itu harus diperhitungkan dampak sosial bagi masyarakat sekelilingnya. "Misalnya ada yang berjualan makanan, seperti nugget. Apa yang membedakan dengan nugget lain, apakah lebih sehat, bergizi, tidak menggunakan zat kimia atau zat pengawet. Itu harus dijelaskan supaya pelanggan mengetahui dan menjadi andalan Anda," tutur Mike.

ALIA FATHIYAH


10.19 | 0 komentar | Read More

Begini Sihir Afrika Berpotensi Menyebarkan HIV

Senin, 25 Maret 2013 | 05:07 WIB

TEMPO.CO , Jakarta: Jajak pendapat pada tahun 2010 di 18 negara di sub Sahara Afrika menunjukkan bahwa lebih dari separuh masyarakatnya percaya dengan sihir. Peran dukun tidak hanya sekedar penyembuh penyakit, tetapi juga berperan menghapus kutukan dan mendatangkan keberuntungan.

Seodi White, salah satu aktivis hak asasi manusia di Malawi telah berjuang selama bertahun-tahun untuk membendung kepercayaan lokal yang justru mempercepat penyebaran HIV khususnya di kalangan perempuan miskin. Menurut cerita yang dirilis oleh CNN, janda di beberapa wilayah Afrika Selatan mempercayai bahwa melakukan hubungan seks tanpa kondom sangat disarankan untuk membersihkan mereka dari kutukan penyakit AIDS. Keyakinan ini jika tidak dilakukan maka keluarganya akan dikutuk.

"Ini adalah masalah pola pikir," kata White. Bahkan para janda itu mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak ingin mati. Mereka tak mengharapkan kutukan itu mendatangi suaminya, maka ia harus membersihkan diri.

Pembersihan spiritual melibatkan hubungan seks tanpa kondom, seperti saat mereka melakukan aktivitas ini dengan almarhum suaminya. Dengan cara ini sangat mungkin janda-janda ini berada pada risiko tinggi tertular HIV yang memang endemik di benua itu. Bahkan dukun yang telah dianggap profesional melakukan pembersihan atas kutukan itu menetapkan harga tinggi untuk layanan ini.

Banyak orang Afrika menganggap bahwa AIDS disebabkan oleh HIV yang bisa diperoleh melalui kontak sosial. Pengetahuan mereka menyisakan kemungkinan bahwa sihir hitamlah yang menyebabkan infeksi HIV kian menyebar. Bahkan mitos yang hingga saat ini masih diyakini di Afrika menyatakan bahwa berhubungan seks dengan wanita perawan akan dapat menyembuhkan seseorang dari AIDS.

Mengubah keyakinan budaya yang membikin potensi penyebaran penyakit hampir sama sulitnya dengan menemukan obat untuk AIDS. Seodi White berusaha memerangi keyakinan tersebut. Ia merekrut mantan dukun profesional untuk mengunjungi desa-desa di seluruh negeri yang akan menjelaskan bahwa praktek pembersihan itu sangat berbahaya dan tidak bertanggung jawab.
LIVE SCIENCE | CNN | ISMI WAHID
Berita terpopuler

3 Cara Mudah Memilih Madu 
Membuat Hobi Jadi Bisnis 
Hati-hati, Bersihkan Bulu Tubuh Berisiko Infeksi
Tarot Pun Dipakai untuk Sembuhkan Diri
Bersihkan Vagina dengan Sabun Timbulkan Infeksi


10.19 | 0 komentar | Read More

Hati-hati, Bersihkan Bulu Tubuh Berisiko Infeksi

Written By Unknown on Minggu, 24 Maret 2013 | 10.19

Minggu, 24 Maret 2013 | 03:17 WIB

TEMPO.CO, London - Membersihkan bulu di tubuh atau waxing dan mencukur jenggota dan kumis bisa menyebabkan trauma mikro pada kulit dan mengakibatkan kulit di aera itu lemah terhadap serangan patogen seperti poxvirus. Hal tersebut diungkapkan para ahli seperti dipublikasikan British Medical Journal.

Tim peneliti mempelajari 30 pasien baru yang mengalami poxvirus yang disebut molluscum contagiosum dan sudah diobati di sebuah klinik swasta di Prancis. Kebiasaan menghilangkan bulu ini juga semakin populer di kalangan pria. Sebanyak 24 dari 30 pasien tersebut adalah pria.

Dalam 30 kasus itu, terlihat luka di area yang merupakan wilayah penggunaan bikini, akibat dicukur dan di-wax. Sementara Molluscum contagiousum sangat mudah menular dan mudah menyebar melalui kontak antarkulit dengan seseorang yang terinfeksi atau menyentuh objek yang terkontaminasi seperti kain flannel atau handuk.

Namun patogen ini bisa bersih sendiri dan tidak menyebabkan gejala apapun selain bintik-bintik merah. Memijit-mijit area yang berbintik-bintik tidaklah disarankan karena bisa menyebabkan rasa sakit dan berdarah sehingga meninggalkan bekas luka. Tindakan tersebut juga meningkatkan risiko penyebaran infeksi.

Para ilmuwan mengatakan bahwa mencukur bersih bulu-bulu di tubuh juga merupakan faktor risiko atas terjadinya infeksi kecil seperti gatal-gatal di bagian vital tubuh.

BBC | ARBA'IYAH SATRIANI

Berita terpopuler lainnya:
Carla Bruni Pamer Suara di Echo Music Awards
Proyek di Atas Rata-rata Gita dan Erwin Gutawa 
Anggota Kopassus Diduga Serbu Penjara di Sleman
Tampilkan Wanita 'Seksi', Samsung Afsel Dihujat
Adi Bing Slamet 'Diserbu' Pengikut Eyang Subur  


10.19 | 0 komentar | Read More

3 Cara Mudah Memilih Madu  

Minggu, 24 Maret 2013 | 03:55 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Memilih madu memang gampang-gampang susah. Ada banyak trik yang beredar, tapi para pemalsu produk ini juga tidak mau kalah strategi.

Di bawah ini, beberapa tip yang bisa jadi pegangan untuk memilih madu berkualitas. Mesti tidak mutlak, paling tidak cara ini bisa menjadi pertimbangan Anda.

1. Kadar Air
Semakin rendah kadar airnya semakin baik kualitasnya. Cara mengeceknya adalah dengan menuangkan madu dari botolnya. Madu yang mengeluarkan gelembung lebih cepat berarti memiliki kadar air lebih tinggi.

Namun pada umumnya, di musim hujan, madu yang dihasilkan lebih encer. Sebaliknya, di musim kemarau, madu cenderung lebih kental.

2. Warna
Madu yang berwarna gelap biasanya mengandung mineral dan pH atau derajat keasaman lebih tinggi. Aromanya pun lebih kuat dibanding madu berwarna terang.

Kandungan mangan, besi, sulfur, klorn, potasium, magnesium, dan sodium membuat madu berwarna lebih gelap. Namun warna madu itu juga dipengaruhi oleh jenis bunga yang digunakan dalam proses produksinya.

3. Kebersihan
Madu dengan kandungan serbuk sari tinggi biasanya terlihat agak keruh. Tapi madu juga keruh bila proses penyaringannya tidak sempurna.

Maka, pastikan di dalam cairan madu tersebut tidak ada serpihan debu atau jenis kotoran lainnya.

TRAVELOUNGE

Berita terpopuler lainnya:
Serangan Jantung, Ricky Jo Meninggal Dunia 
Kronologi Serangan ke Penjara Sleman 
Korban Penembakan Terduga Kopassus Terkapar di Sel 
Anggota Kopassus Diduga Serbu Penjara di Sleman
Adi Bing Slamet 'Diserbu' Pengikut Eyang Subur 
Kondisi Korban Tembak Terduga Kopassus Mengerikan


10.19 | 0 komentar | Read More

Bersihkan Vagina dengan Sabun Timbulkan Infeksi

Written By Unknown on Sabtu, 23 Maret 2013 | 10.19

Sabtu, 23 Maret 2013 | 03:01 WIB

TEMPO.CO, Los Angeles-Perempuan yang membersihkan area intimnya dengan sabun atau shower gel dapat berisiko mengalami infeksi menular seksual. Seperti herpes, klamidia, atau HIV. Sebab kandungan kimia pada sabun dapat merusak jaringan sensitif vagina.

"Sabun serta pelumas bisa mengganggu keseimbangan bakteri," kata peneliti Jolle Brown. "Hingga meningkatkan risiko bakteri vaginosis."

Dalam penelitiannya, Brown memberikan kuesioner pada 141 perempuan soal penggunaan produk pembersih vagina. Dia juga melakukan uji laboratorium terhadap mereka. Hasilnya, 66 persen responden menggunakan pelumas serta pembersih internal.

"Produk paling umum digunakan adalah pelumas seksual," kata Brown dalam penelitian yang dipublikasikan Jurnal Obstetrics and Gynaecology. Sekitar 70 persen memakai pelumas komersial, 1 menggunakan 7 persen potreleum jelly, dan 13 persen pakai minyak.

Kata Brown, potreleum jelly dan minyak meningkatkan infeksi bakteri dan ragi. Dari penelitian, 40 persen perempuan yang menggunakan potreleum jelly menderita bakteri vaginosis. Sedangkan 44 persen wanita pemakai minyak terjangkit jamur candida, penyebab infeksi.

"Sabun, terutama yang mengandung parfum, bisa membuat lapisan mukosa teriritasi, hingga vagina rentan akan bakteri," ujarnya.

Agar area intim tetap bersih dan sehat, Brown menyarankan penggantian pakaian secara rutin, setiap hari. "Bersihkan dengan air dan tak perlu memakai deodoran atau pewangi di sekitar vagina." Simak info kesehatan dan gaya hidup di sini.

MAIL ONLINE | CORNILA

Baca juga:
Stres Melanda, Jauhi Delapan Makanan Ini
Ritsleting Celana Jadi Penyebab Utama Cedera Penis
Orang Inggris Pilih Konsultasi ke 'Dokter' Google
Payung Cegah Sinar Ultra Violet Sampai 99 Persen

Topik Terhangat:
Krisis Bawang || Hercules Rozario || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas


10.19 | 0 komentar | Read More

Barista, Duta Kopi Indonesia

Sabtu, 23 Maret 2013 | 03:55 WIB

TEMPO.CO, Jakarta--Pengaduk, penyampur kopi dengan aneka bahan tambahannya, itulah Barista. Profesi yang menurut Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Leman Pahlevi adalah sosok yang bertanggung jawab di mesin espresso. "Tapi mereka juga adalah duta kopi Indonesia," ujar dia dalam konferensi pers Indonesian Barista Competition 2013 di Atrium Cilandak Town Square, 21 Maret 2013.

Sebab, barista akan turut memperkenalkan aneka jenis kopi Indonesia yang kini mulai naik pamor. Tak hanya soal kualitas, tapi juga secara kuantitas konsumsi kopi di Indonesia pun meningkat. "Kita memang masih di bawah Brasil yang rata-rata tiga kilo per tahun, tapi kita ada kecenderungan naik, kini konsumsinya rata-rata 1 kilo per tahun.

Kopi-kopi Indonesia yang berkualitas bagus, Leman melanjutkan, sebenarnya bukan hanya kopi luwak. Ada kopi Gayo, Kopi bengkulu, kopi java estate, kopi bali, hingga kopi Papua. "Untuk Papua ini yang akan kami galakkan promosinya," Ia menambahkan.

Lewat barista yang mewakili Indonesia di ajang-ajang internasional lah, salah satu cara mengenalkan kopi Indonesia. Sebab tiap peserta dibebaskan untuk memilih jenis kopi dalam membuat dua minuman wajib dan satu minuman kreasi. Jadi jika barista Indonesia berhasil menang, maka jalan untuk promosi pun semakin mudah.

Soal prestasi, Juri Kepala Indonesian Barista Competition 2013 Tuti Mochtar menuturkan bahwa kualitas barista Indonesia semakin baik. Bahkan tahun lalu, barista asal Yogyakarta berhasil menjadi jaura kedua lomba barista tingkat Asia Pasifik. Simak beragam hobi di sini.

DIANING SARI

Topik Terhangat: Krisis Bawang || Hercules Rozario || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas

Baca juga:
Death Wish, Kopi Berkafein Tertinggi di Dunia
Kopi Turunkan Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
Ada 11 Spesial Kopi Indonesia
Kopi Indonesia Ibarat Anggur


10.19 | 0 komentar | Read More

Ritsleting Celana Jadi Penyebab Utama Cedera Penis

Written By Unknown on Jumat, 22 Maret 2013 | 10.19

Jum'at, 22 Maret 2013 | 06:10 WIB

TEMPO.CO, San Fransisco - Saatnya para pria harus menyadari bahwa menempatkan ritsleting tajam di dekat alat kelamin adalah ide yang buruk. Menurut sebuah studi baru bidang urologi yang dimuat dalam jurnal BJU Internasional menyatakan bahwa sebanyak 18 ribu orang Amerika Serikat diperkirakan masuk ke UGD dengan luka kelamin yang disebabkan oleh ritsleting. Data ini dikumpulkan sedari tahun 2002 hingga 2010.

Para peneliti memperkirakan sebagian besar cedera penis itu dialami oleh anak laki-laki dan remaja berusia kurang dari 18 tahun. Diduga, pria dewasa telah belajar menghindari trauma ini.

Bahkan dari semua cara penis terluka, ritsleting adalah penyebab utama tunggal untuk cedera ini yang memerlukan kunjungan ke UGD. Lainnya karena kecelakaan sepeda yang biasanya hanya dialami kalangan pria dewasa.

Menurut Herman Singh Bagga, ahli urologi di University of California, San Fransisco sekaligus penulis utama pada studi ini, kerusakan permanen karena cedera ritsleting pada penis jarang terjadi. "Biasanya cedera itu hanya masalah nyeri. Meskipun begitu, ini akan merusak malam Anda," katanya. Dalam beberapa kasus, cedera ritlseting memerlukan intervensi bedah, seperti sunat yang tidak direncanakan.

Untuk menolong pasien yang terlanjur cedera karena ritsleting-penis ini, Bagga menyarankan untuk menurunkan ritsleting itu dengan pelan. Bahkan jika cara ini gagal, Dr Steven M. Selbst, profesor pediatri di Jefferson Medical College di Philadelphia menyarankan untuk menuangkan miyak mineral di bagian penis yang "tersangkut" tadi.

"Cara ini cukup murah. Biarkan pasien duduk selama 20 atau 30 menit. Ketika Anda kembali, kulup penis akan perlahan menyelinap keluar dari risleting. Meskipun dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu kapas untuk membantunya," ujar Selbst.

Orang tua mestinya tidak perlu memberikan anak laki-laki dengan celana panjang beritsleting. Sampai si anak memiliki ketangkasan manual untuk menghindari diri dari cedera itu.

LIVE SCIENCE | ISMI WAHID

Berita terpopuler lainnya:
Enam Pernyataan Soal Ibas dan Yulianis
Ibas Siap Diperiksa, Ini Jawaban KPK
Daftar Pasal Kontroversial di Rancangan KUHP 
Rahasia Model Brasil Langsing Usai Melahirkan 
Adnan Buyung Mengusulkan Pemilu Dipercepat


10.19 | 0 komentar | Read More

Stres Melanda, Jauhi Delapan Makanan Ini

Jum'at, 22 Maret 2013 | 07:49 WIB

TEMPO.CO, New York - Kondisi tertekan atau stres bisa melanda siapa saja. Pemicunya pun bisa karena banyak faktor, mulai dari pekerjaan hingga urusan rumah tangga . Bagi sebagian orang makanan dan minuman dianggap bisa menjadi pelepas stres. Tapi tahukah Anda bila stres sedang melanda ada sejumlah makanan dan minuman yang pantang untuk di konsumsi ?

Heather Bauer, pendiri situs Bestowed.com, mengungkapkan saat mengalami stres, orang-orang justru melampiaskannya dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat meningkatkan kortisol (hormon stres). "Makanan yang tinggi lemak, gula dan garam mampu meningkatkan kadar kortisol," ucap Heather, seperti dilansir situs The Huffington Post, pekan lalu.

Heather menyarankan agar ada baiknya, sebelum membeli makanan atau minuman, Anda memperhatikan jenis-jenis makanan dan minuman yang justru bisa menambah stres. Kedelapan makanan itu adalah sebagai berikut:

1.Minuman Berenergi
Minuman berenergi yang sarat dengan kafein dan gula merupakan minuman yang harus dihindari saat stres menerjang. "Kombinasi kafein dan gula bisa menambah kegelisahan dan ini makin membuat Anda tertekan," ucap Dawn Jackson Blatner, penulis buku The Flexitarian Diet. Ia menambahkan, minuman berenergi juga akan memicu tubuh kita untuk tetap terjaga yang pada akhirnya berujung kepada insomnia.

2.Makanan Pedas
jika stres Anda dipicu oleh persoalan pada pencernaan, maka makanan pedas harus dihindari. Heather mengatakan orang yang mengalami stress, sistem pencernaannya tidak bekerja optimal. Kondisi stress bakal menurunkan metabolisme tubuh yang menyebabkan makanan lebih lama dicerna dan menurunkan asam lambung. "Menelan makanan pedas justru bisa memperburuk pencernaan," kata dia.

3.Permen dan makanan manis
Umumnya orang yang mengalami stress akan berusaha menekannya dengan beragam cara. Namun hindarilah mengonsumsi permen atau makanan yang mengandung gula Makanan manis dapat membuat gula darah meningkat. Dengan kata lain kinerja insulin dalam tubuh menjadi bertambah. Dampaknya anda menjadi mudah tersulut emosi

4.Alkohol
Keliru bila Anda menganggap segelas anggur mampu menghadirkan ketenangan. Sebuah studi di jurnal endrokrinologi dan metabolism pada 2008 mengungkapkan alkohol dapat mendorong hormon kortisol. Mereka yang menenggak minuman beralkohol malah akan mendorong produksi hormon stres.

Berdasarkan riset di Universitas Chicago, jurnal alkohol: klinik dan pengalaman riset, antara alkohol dan stres ternyata "saling melengakapi". Orang menilai alkohol dapat mengurangi kadar emosi dari stres, namun faktanya streslah yang dapat mengurangi efek memabukkan dari alkohol.

5.Kopi
Untuk alasan yang sama, beragam rasa kopi yang manis, entah itu rasa vanilla atau moca mampu meningkatkan level stres anda. "Ketika orang panik pada saat jam kerja, mereka memilih pergi ke kedai kopi dan minum secangkir kopi. Ini justru makin membuat mereka gelisah," ucap Blatner.

6.Makanan Ringan
Sebagian orang merasa nyaman dengan makanan jenis ini. Makanan yang mengandung natrium dan lemak ternyata merupakan jenis makanan yang harus dihindari saat stress datang lantaran bisa memicu langsung peningkatan level kortisol. "Dan makanan seperti ini yang justru kita konsumsi ketika stres," kata Heather.

7.Kentang Goreng
Karbohidrat yang tinggi seperti kentang goreng boleh jadi mampu memberi pasokan energi dalam waktu cepat, tapi malah akan berdampak buruk di kemudian hari. Selain bisa memicu hipertensi karena tingginya kandungan garam, kentang goreng juga bisa mendorong stres untuk jangka waktu yang lama. "Lebih baik hindari mengunyah makanan dengan kadar garam yang tinggi" kata bauer.

8.Permen Karet
Blatner menuturkan menguyah permen karet atau makanan dengan pemanis buatan bisa memperburuk masalah pencernaan yang terkait dengan stres. Seperti disebut-sebut kalau kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan anda mudah marah. Makanan yang membuat perut kembung memang tidak langsung mendorong terjadinya stress.

Perut kembung bisa menyebabkan rasa tidak nyaman yang ujungnya bisa membuat anda tertekan. "Dan ini semakin membuat anda mudah terpicu emosi," ucap Blatner. Jadi pandai-pandailah memilih makanan saat stres mendera.

THE HUFFINGTON POST | ADITYA BUDIMAN


10.19 | 0 komentar | Read More

Susu Rendah Lemak Tak Cegah Obesitas Anak

Written By Unknown on Kamis, 21 Maret 2013 | 10.19

Kamis, 21 Maret 2013 | 04:02 WIB

TEMPO.CO, New York--Susu rendah lemak atau susu skim ternyata tidak mencegah anak-anak dari kemungkinan mengalami kelebihan berat badan saat masa usia prasekolah, demikian diungkapkan sebuah penelitian terbaru.

Temuan ini berlawanan dengan rekomendasi dari American Acedemy of Pediatrics (AAP) dan American Heart Association (AHA) yang meminta agar semua anak mengkonsumsi susu rendah lemak atau susu skim setelah berusia dua tahun untuk menurunkan asupan lemak dan menghindari kelebihan berat badan.

Salah seorang ahli yang tidak melakukan riset tersebut mengatakan bahwa temuan ini memunculkan sebuah pertanyaan menarik. "Selama bertahun-tahun, pesan untuk para orang tua sederhana saja, setelah berusia dua tahun, direkomendasikan untuk mengubah susu yang dikonsumsi anak Anda dengan susu skim atau rendah lemak," kata Marlo Mittler, dietarian di Cohen Children's Medical Center of New York di New Hyde Park. "Penelitian terbaru justru mengatakan bahwa kita harus memikirkan lagi hal tersebut."

Dalam riset tersebut, para ilmuwan mengumpulkan data mengenai konsumsi susu dari 11 ribu anak-anak di Amerika saat mereka berusia dua dan empat tahun. Mereka juga ditimbang berat badannya.

Jumlah anak yang obesitas atau kelebihan berat badan sekitar 30 persen pada usia dua tahun dan 32 persen saat berusia empat tahun. Anak-anak yang obesitas lebih cenderung untuk mengkonsumsi susu skim atau rendah lemak saat berusia dua tahun (14 persen) dan berusia empat tahun (16 persen) dibandingkan anak-anak yang berat badannya normal (sembilan persen saat berusia dua tahun dan 13 persen saat berusia empat tahun). Hasil temuan ini dipublikasikan di jurnal Archives of Disease in Childhood.

Secara logis, menyarankan anak untuk mengkonsumsi susu rendah lemak dimaksudkan untuk melindungi mereka dari kelebihan berat badan, tetapi faktanya lebih kompleks, ungkap ketua peneliti riset Mark Daniel DeBoer, associate professor di University of Virginia School of Medicine. Mereka mengatakan bahwa lemak susu kemungkinan meningkatkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan anak-anak sehingga tidak ingin mengkonsumsi makanan lain yang tinggi kalorinya.

Mittler setuju dengan teori tersebut. "Banyak pertanyaan yang muncul mengenai seberapa banyak anak boleh minum dan seberapa jumlah konsumsi secara umum," kata dia seperti dikutip situs Health Day edisi 18 Maret 2013.

"Jadi jika AAP dan AHA bisa menjelaskan mengenai rekomendasi mereka, lebih baik mempertimbangkan asupan makanan anak-anak Anda secara keseluruhan," ujar Mittler. "Mengkonsumsi susu rendah lemak kemungkinan bukanlah satu-satunya cara untuk menghindari obesitas." Simak info kesehatan di sini.

HEALTH DAY I ARBA'IYAH SATRIANI

Baca juga:
Mencegah Ruam Merah akibat Diaper
Makan Sambil Membaca dan Menonton TV Bikin Gemuk
Junk Food Membuat Mood Tambah Memburuk
Waspadai Osteoporosis di Usia Produktif

Topik Terhangat: Krisis Bawang || Hercules Rozario || Harta Djoko Susilo|| Nasib Anas


10.19 | 0 komentar | Read More

Rahasia Model Brasil Langsing Usai Melahirkan

Model asal Brasil, Gisele Bundchen berada di posisi kelima. Ia memiliki jumlah follower sebesar 2,4 juta lebih di Twitter dan Facebook.Forbes.com

Kamis, 21 Maret 2013 | 04:33 WIB

TEMPO.CO, Costa Rica-Gisele Bundchen, model asal Brazil, berhasil mengembalikan bentuk badannya dengan sangat instan, usai melahirkan anak perempuannya, Vivian Lake. bahkan Gisele hanya memerlukan waktu kurang dari empat bulan agar lekung tubuhnya kembali ideal.

Lalu, apa rahasia Gisele agar cepat kembali langsing? Ternyata sejak masa hamil, istri aktor Tom Brady ini kerap menjaga asupan makanannya. Ia tidak melahap segala panganan yang menggiurkan. "Saya rasa, banyak perempuan hamil yang membiarkan diri mereka jadi tempat pembuangan sampah," kata Gisel di Majalah Vogue. "Tapi tidak dengan saya."

Tak cuma mengatur pola makan saja. Gisel juga rutin melakukan olahraga kung fu. Dan baru menghentikan olahraga itu, dua pekan sebelum ia melahirkan Vivian Lake. "Saya juga melakukan yoga, tiga hari sepekan," ujarnya.

Resep Gisele ini memang ampuh bagi dirinya. Kala usia Vivian Lake sekitar tiga bulan, Gisele sudah dapat berlenggok pada sebuah pantai di Costa Rica, Amerika Tengah. Ia terlihat hanya mengenakan bikini. Sedangkan Vivian Lake digendong dengan tas bayi di bagian depan tubuh Gisele.

Gisele dan Vivian Lake tak hanya berjemur. Keduanya juga menumpang motor squad yang dikemudikan Tom Brady. Simak berita kesehatan dan kecantikan lainnya di sini.

CORNILA | DAILY MAIL

Baca juga:

Mencegah Ruam Merah akibat Diaper
Makan Sambil Membaca dan Menonton TV Bikin Gemuk
Junk Food Membuat Mood Tambah Memburuk
Waspadai Osteoporosis di Usia Produktif

Topik Terhangat: Krisis Bawang || Hercules Rozario || Harta Djoko Susilo|| Nasib Anas


10.19 | 0 komentar | Read More

Makan Sambil Membaca dan Menonton TV Bikin Gemuk  

Written By Unknown on Rabu, 20 Maret 2013 | 10.19

Rabu, 20 Maret 2013 | 03:03 WIB

TEMPO.CO, New York - Orang yang mengkonsumsi makanan berat maupun ringan sembari menonton televisi, bermain game atau membaca ternyata lebih cenderung untuk mengkonsumsi kalori lebih banyak saat duduk. Hal tersebut diungkapkan hasil kajian terhadap lebih dari 12 penelitian yang pernah dilakukan.

"Beberapa studi yang dilakukan terpisah menunjukkan temuan ini sebelumnya. Tetapi bukti-bukti tersebut tak pernah diungkapkan bersama-sama," kata ketua penulis hasil kajian Eric Robinson dari University of Liverpool, Inggris. Hasil riset tersebut dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition.

Menurut Robinson, aktivitas makan yang terganggu bisa meningkatkan konsumsi makanan hingga 50 persen. Di sisi lain, ingatan mengenai makanan yang dikonsumsi sebelumnya berkurang saat makan berikut.

"Meskipun kita membuat keputusan mengenai apa dan kapan makan yang memang mudah dilakukan setiap saat, keputusan ini sebenarnya kompleks dan bisa dengan mudah terganggu," ujar Suzanne Higgs, penulis lain yang juga psikolog di University of Birmingham seperti dikutip Reuters edisi 15 Maret 2013.

Para peneliti secara luas mengkategorikan pola makan sebagai berikut, 'attentive' seperti duduk dengan tenang dan merekam apa yang dimakan selama proses makan berlangsung dan 'distracted' yang berarti sebaliknya. Para pemakan yang distracted tidak memberikan perhatian sama sekali pada makanan dan tidak peduli seberapa banyak mereka makan.

Robinson dan rekan-rekannya mencari literatur ilmiah dan menemukan 24 hasil penelitian yang dilakukan antara 1997 hingga 2011 yang sesuai dengan kriteria mereka yang melibatkan peneliti yang secara aktif memanipulasi perhatian, memori dan kepedulian partisipan atas makanan yang dikonsumsi. Semua studi tersebut secara ketat mengontrol dan memonitor tetapi mempunyai metode yang berbeda-beda dalam memanipulasi kepedulian dan perhatian partisipan.

Sebagai contoh, dalam salah satu studi, pria dan wanita dewasa menonton televisi sambil makan. Dalam riset lain, partisipan mengkonsumsi camilan kacang pistachio dan periset dengan cepat memindahkan kulit kacang dari hadapan partisipan.

Robinson mengatakan bahwa temuan-temuan tersebut bisa digunakan, misalnya, untuk mengembangkan aplikasi ponsel yang mendorong orang untuk makan dengan lebih perhatian dan peduli.

Mempraktekkan kebiasaan makan yang penuh perhatian telah menjadi bagian dari terapi perilaku untuk program menurunkan berat badan selama bertahun-tahun, ungkap Michael Lowe dari Drexel University yang tidak terlibat dalam riset ini. "Kebiasaan makan ini cenderung untuk berhenti saat program berakhir dan sebagian orang kembali ke berat badan semula," ujar dia.

Lebih lanjut Lowe mengatakan bahwa, "temuan ini hanya berlaku untuk mereka yang berberat badan normal." Namun Robinson dan rekan-rekannya telah memulai penelitian sejenis untuk mereka yang kelebihan berat badan dan mengalami obesitas. Hanya saja riset ini belum selesai.

REUTERS | ARBA'IYAH SATRIANI

Berita terpopuler lainnya:
Di KPK, Djoko Susilo Mulai Singgung 'Restu Atasan' 
Jupe Tertangkap di Cibubur 
Lima Cuitan Yusril Setelah PBB Lolos Pemilu 2014 
Tak Punya Jago, PDIP Turunkan Puan ke Jawa Timur
Kisah Jenderal Djoko dan Kebun Binatang


10.19 | 0 komentar | Read More

Mencegah Ruam Merah akibat Diaper

Rabu, 20 Maret 2013 | 05:02 WIB

TEMPO.CO, Chicago--Masalah yang kerap timbul akibat penggunaan diaper pada bayi adalah munculnya ruam kemerahan akibat iritasi. Hal ini membuat bayi tidak nyaman dan menangis.

Menurut pakar dari Loyola University Health System, Dr. Bridget Boyd, yang juga asisten profesor pediatrik di Loyola Chicago Stricth Shool of Medicine, salah penyebab ruam kemerahan itu adalah buang air besar yang dilakukan sang bayi.

Bayi-bayi yang minum air susu ibu (ASI) lebih sering melakukan buang air besar sehingga peluang mengalami ruam kemerahan pun lebih besar. Namun para dokter menganjurkan ASI karena banyaknya manfaat yang bisa diperoleh.

"Ruam kemerahan disebabkan reaksi iritasi pada kulit yang dipicu oleh efek samping pelembab, lotion, tisu pembersih maupun buang air besar," ujar Boyd seperti dikutip oleh situs Health Day 17 Maret 2013.

Ia merekomendasikan zinc oxide yang dioleskan di pantat bayi setiap kali mengganti diaper setelah bayi buang air besar. Hal tersebut memberi jarak antara kulit bayi dengan pelembab yang menyebabkan iritasi. Para orang tua yang mengetahui anaknya menjadi sakit seharusnya mengoleskan krim tersebut lebih sering.

Penyebab ruam kemerahan, lanjut dia, bisa dikarenakan adanya produk baru seperti pelembab, diaper atau tisu pembersih merek baru, yang menyentuh kulit. "Jika Anda mencoba produk baru pada kulit bayi dan melihat terjadinya ruam kemerahan, kembali gunakan produk lama untuk beberapa hari. Kemudian coba kembali produk baru tersebut. Jika ruam kemerahan muncul lagi, jangan gunakan produk baru tersebut," kata Boyd.

Terjadinya ruam kemerahan juga bisa dicegah dengan tidak menggunakan produk yang mengandung alkohol atau pengharum sebab hal itu bisa menyebabkan iritasi kulit. "Meskipun tisu pembersih yang kita beli menyebutkan bahwa ia cocok untuk kulit sensitif, tetap saja ada risiko pada kulit yang rentan," kata Boyd. "Lebih baik gunakan air hangat dari botol untuk membersihkan pantat bayi dan bersihkan dengan kain yang lembut."

Jika ada indikasi terjadinya ruam kemerahan, obati bagian yang mengalami ruam tersebut dengan cara :
1. Paparkan kulit bayi ke udara sebisa mungkin. Ada baiknya bayi tidur dengan diaper yang terbuat dari kain.
2. Ganti diaper bayi sesering mungkin untuk memastikan kulitnya bersih dan kering.
3. Mandi atau berendam dengan oatmeal untuk membantu meringankan rasa nyeri dan tidak nyaman.
4. Berikan obat pereda sakit untuk bayi berusia lebih dari dua bulan. Cek info kesehatan bayi dan balita di sini.

HEALTH DAY I ARBA'IYAH SATRIANI

Baca juga:
Cabut Bulu 'Brazilian Wax' Berisiko Infeksi Virus
Stres Bisa Diketahui dari Napas?
Kenapa Mutilasi dan Pemerkosaan Marak?
Psikolog: Kenapa Ibu Tega Bunuh Anak

Topik Terhangat:
Hercules Rozario || Simulator SIM Seret DPR || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas


10.19 | 0 komentar | Read More

Stress Bisa Diketahui dari Nafas?

Written By Unknown on Selasa, 19 Maret 2013 | 10.19

Selasa, 19 Maret 2013 | 03:03 WIB

TEMPO.CO , London -  Stress akan menimbulkan reaksi yang berbeda pada tubuh kita. Para ilmuwan percaya bahwa senyawa dalam tubuh akan berubah saat stres. Tak terkecuali nafas.

Para ilmuwan percaya bisa mendiagnosa stres dengan menganalisis nafas seseorang. Jika diagnosa ini benar adanya, maka cara sederhana non-invansif (tanpa memasukan alat ke tubuh) bisa untuk mengukur kondisi seseorang saat stres.

Dalam percobaan di Loughborough University dan Imperial College London, 22 orang dewasa muda dengan kondisi stres dan kondisi stabil diambil nafasnya. Peneliti mengidentifikasi enam penanda dalam napas yang dapat diuji untuk tanda-tanda stres. Hasilnya, dua senyawa metil dalam napas pentadecane dan indole, meningkat pada mereka yang sedang stres. Selain itu, empat senyawa nafas lainnya menurun pada mereka yang stres. Penurunan ini bisa disebabkan oleh perubahan pola pernapasan.

Namun, tim yang menulis laporan ini dalam Journal of Breath Research menilai perlu studi lebih lanjut dan lebih besar cakupannya untuk menemukan hasil yang lebih valid. Misalnya dari kalangan manula. Atau memasukkan faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi sampel napas seperti pola makan, lingkungan dan olahraga

Menurut penulis studi ini, Prof Thomas mungkin sesnyawa penanda stres dalam napas bisa terkait dengan penyakit lain. "Ini sangat penting untuk diwaspadai," ujarnya. Dia menambahkan bahwa situasi stres dalam studi ini dirancang untuk mensimulasikan kondisi sejauh mungkin, tetapi masih dalam batasan etika.

Thomas mengatakan, jika stres bisa diketahui dengan cara non-invasif, maka mungkin bermanfaat bagi pasien yang rentan.

Penggunaan napas menjadi metode diagnostik yang menarik bagi kalangan medis. Baru-baru peneliti telah menemukan penanda nafas yang terkait dengan penyakit TBC, beberapa jenis kanker, penyakit paru dan asma.

TELEGRAPH| NUR ROCHMI


Berita Lainnya:
Ahli Hukum Klaim Indonesia Perlu Pasal Santet
Kericuhan Warnai Kongres Luar Biasa PSSI
La Nyalla Jadi Wakil Ketua Umum PSSI
Polisi Tangkap Dua Perusak Kantor Tempo
Ini Dia Formula Renault Andalan Alexandra


10.19 | 0 komentar | Read More

Cabut Bulu 'Brazilian Wax' Berisiko Infeksi Virus  

Selasa, 19 Maret 2013 | 07:39 WIB

TEMPO.CO, New York -Menghilangkan bulu dengan cara dililin (waxing) banyak dilakukan di salon-salon kecantikan modern saat ini. Namun hati-hati saat memilih cara Brazilian Wax. Berdasar studi terbaru, cara cabut bulu ini meningkatkan risiko penyebaran infeksi menular seksual.

Seorang dokter kulit di Nice, Prancis, mengamati semakin banyak pasien yang datang ke ruang praktiknya dengan gejala molluscum contagiosum virus (MCV). Sekitar 93 persen dari 30 pasien, baik laki-laki dan perempuan, mengaku biasa mencukur, wax, atau mencabut rambut kemaluan mereka.

"Cabut bulu kemaluan adalah langkah memodifikasi tubuh demi fashion, terutama pada wanita muda dan remaja, tulis Desruelles dalam surat yang diterbitkan secara online di British Medical Journal. "Namun, cara ini mungkin menjadi faktor risiko untuk infeksi menular seksual."

MCV, sama seperti virus cacar, menyebar dengan kontak antar-kulit, dengan perantaraan   barang-barang yang dipakai bersama seperti handuk atau pakaian, atau kontak seksual. Virus ini menyebabkan bintik-bintik mirip kutil sebesar biji mutiara dan berair. MCV tidak menyakitkan dan seringkali hilang tanpa pengobatan.

Cukur bulu kemaluan di salon adalah cara yang umum untuk menyebarkan bakteri atau virus, kata Dr Robert T. Brodell MD, seorang profesor dan kepala divisi dermatologi di University of Mississippi Medical Center. Orang sering menyebarkan kutil dengan cara ini.

Brodell, yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini, berpendapat ada beberapa alasan lain mengapa perawatan rambut kemaluan dapat menyebabkan penyebaran MCV. Orang mungkin berbagi pisau cukur atau lecet kecil saat mencukur membuatnya lebih mudah untuk kontrak dengan virus MCV.

NBC NEWS | TRIP B


10.19 | 0 komentar | Read More

Jimpact Hibur Pencinta Anime dan J-Pop

Written By Unknown on Senin, 18 Maret 2013 | 10.19

Minggu, 17 Maret 2013 | 15:47 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi para pencinta animasi Jepang, sekarang ini tengah digelar sebuah acara Japan Anime dan J-Pop Week 2013 (Jimpact) di Studio XXI Plaza Senayan, Jakarta. Sejak 14 Maret hingga 20 Maret 2013, acara berbau animasi Jepang itu akan hadir selama satu pekan untuk anak-anak, remaja, dan dewasa.

Pekan Jimpact ini diselenggarakan oleh T Joy Co.Ltd (Jepang) bekerja sama dengan Group XXI. T Joy merupakan bagian dari Grup Toei, dan grup ini merupakan salah satu dari tiga besar perusahaan film hiburan yang menguasai pasar hiburan film di Jepang.

"Selain menyebarluaskan berbagai konten Jepang ke Indonesia, kami melihat potensi yang besar untuk memperluas masuknya konten Jepang ke sini," kata Muneyuki Kii, Corporate Executive Officer T-Joy, saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, 14 Maret 2013.

Dalam perhelatan Jimpact, akan diputar film animasi yang sudah dikenal di Indonesia, seperti Crayon Shinchan The Movie, On Piece The Movie, dan film-film lainnya, misalnya Garo Sokoku No Maru Evangelion:3.0, Denjin Zabo-Ga, Magister Negi Magi Anime Final, dan Paikaji Daisakusen.

Sedangkan untuk musik akan ditayangkan rekaman konser J-Pop idol, seperti Aqua Timez, LiSA, dan Kanaya. Tiket akan dijual seharga Rp 50 ribu untuk hari Senin-Kamis, Rp 60 ribu untuk Jumat, dan untuk Sabtu dan Minggu dijual seharga Rp 75 ribu.(Baca: Cantik ala Scandal)

NANDA HADIYANTI

Berita Lain:
Scandal Ketagihan Konser di Indonesia
Rahasia Cantik ala Scandal
Coboy Junior Siap Tur 30 Kota
Terry Akan Duet dengan Penyanyi Malaysia


10.19 | 0 komentar | Read More

Lipstik Berwarna Merah Bikin Wajah Tampak Muda

Senin, 18 Maret 2013 | 06:15 WIB

TEMPO.CO, Gettysburg - Kosmetik membuat wanita terlihat lebih muda dengan meningkatkan kontras antara fitur wajah dan warna kulit. Penelitian oleh seorang profesor dari Gettysburg College di Pennsylvania menunjukkan kontras perubahan fitur wajah merupakan isyarat yang digunakan untuk menguraikan usia wanita.

Kosmetik biasanya digunakan untuk meningkatkan aspek kontras wajah seperti kemerahan bibir. Para ilmuwan mengusulkan bahwa ini dapat menjelaskan mengapa penggunaan lipstik yang membikin bibir merah sehingga membuat wajah tampak lebih muda ada hubungannya dengan kesehatan dan kecantikan.

"Berbeda dengan keriput, tak satupun dari kita menyadari pertanda ini meskipun kita menatap wajah setiap harinya," kata Richard Russel, seorang profesor psikologi di Gettysburg. Ia bekerjasama dengan peneliti dari Channel R & D yang berdedikasi untuk masalah kulit dan penampilan wajah.

Dalam studi tersebut, Profesor Russel dan timnya mencermati 289 gambar wajah mulai usia 20 hingga 70 tahun. Mereka menemukan proses penuaan membuat bibir, mata dan alis berubah pucat. Sementara sekitar kulit akan berubah menjadi lebih gelap.

Akibatnya antara fitur wajah dan kulit disekitarnya kurang kontras. Perbedaan antara bibir kemerahan dan kulit disekitarnya berkurang. Seperti juga perbedaan pencahayaan antara alis dan dahi yang memperlihatkan usia wajah.

Dr Russel memberi contoh misalnya bahwa kemerahan bibir akan menurun sesuai dengan perubahan penuaan. Tetapi kulit yang mengelilingi bibir akan menjadi jauh lebih merah sehingga kontras kemerahan bibir dan seluruh wajah menjadi turun. Maka biasanya mereka akan memanipulasi warna bibir dengan make-up itu.

Untuk mengkonfirmasi hipotesis ini, para peneliti melakukan studi lebih lanjut yang melibatkan lebih dari seratus subjek di Gettysburg dan Paris. Mereka akan mengubah kontras wajah secara artifisial dengan menggunakan perangkat komputer.

Para peneliti untuk sementara menemukan kesimpulan bahwa peningkatan kontras wajah akan menyebabkan pengamat melihat wajah tersebut tampak lebih muda. Sebaliknya jika kontras wajah menurun, wajah akan tampak lebih tua. Temuan Profesor Russel ini muncul dalam jurnal PLoS ONE.

DAILY MAIL | ISMI WAHID

Berita terpopuler lainnya:
Jangan Umbar Status dan Foto di Media Sosial
Setelah Hercules Tersingkir dari Tanah Abang
Si Conat, Preman Betawi Era VOC 
Lulung: Saya Bukan Preman, Saya Profesional
Ahli Hukum Klaim Indonesia Perlu Pasal Santet


10.19 | 0 komentar | Read More

Bayi yang Minum ASI Tak Bebas Obesitas  

Written By Unknown on Minggu, 17 Maret 2013 | 10.19

Kamis, 14 Maret 2013 | 17:17 WIB

TEMPO.CO, Bristol - Bukan rahasia lagi bahwa air susu ibu alias ASI merupakan bahan makanan terpenting yang dibutuhkan bagi bayi. Meski begitu, tak berarti ASI mampu menangkal segala masalah kesehatan pada anak, salah satunya obesitas.

"Menggalakkan kegiatan menyusui bayi merupakan hal baik, namun tampaknya hal ini tidak memiliki dampak untuk mencegah obesitas," ujar Richard Martin, peneliti dari Universitas Bristol, UK, seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 13 Maret 2013.

Sebelumnya, memang ada penelitian yang menyebutkan bahwa bayi yang disusui memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menderita obesitas. Tapi, penelitian tersebut, ujar Martin, hanya membandingkan antara ibu yang memilih untuk menyusui dan tidak menyusui, sehingga bisa jadi mengabaikan faktor lain yang juga penting.

Karena itu, Martin memimpin sebuah studi di Belarus yang melibatkan 17 ribu ibu yang baru melahirkan, dan dimuat dalam Journal of the American Medical Association. Semua ibu yang menjadi responden awalnya menyusui bayinya, namun dengan rentang waktu yang berbeda lamanya.

Di negara ini terdapat pula kampanye khusus yang cukup berhasil dari WHO, yang mendorong agar ibu menyusui bayinya. Hasil dari kampanye ini, 43 persen ibu masih memberi ASI eksklusif kepada bayinya setelah tiga bulan pertama.

Sebanyak 14 ribu bayi kemudian terus dipantau perkembangannya hingga berusia 11 tahun. Hasilnya, tidak ditemukan kaitan antara pemberian ASI dan lemak pada tubuh anak hingga di usia itu. Sebanyak 14 hingga 16 persen bayi yang dipantau mengalami kelebihan berat badan, bahkan 5 persen di antaranya mengalami obesitas.

Meski tidak ditemukan efek menyusui untuk mencegah obesitas, peneliti menemukan manfaat lain dari ASI. Bayi yang ibunya mengikuti kampanye ASI eksklusif memiliki kasus eksim dan infeksi perut yang lebih rendah, sekaligus memiliki kemampuan berpikir dan mengingat lebih baik.

Mengomentari hasil studi ini, Alison Ventura, pakar nutrisi dari Drexel University, Philadelphia menyatakan masyarakat memang tidak usah terlalu menggembar-gemborkan manfaat ASI untuk mencegah obesitas. "Tapi kegiatan menyusui tetap saja penting untuk bayi," katanya.

REUTERS | RATNANING ASIH

Berita Gaya Hidup Terpopuler:
Piawai Mengolah Susu
Hati-Hati, Magnet Tertelan Bisa Lubangi Usus
Deteksi Dini Kanker: Positif Itu Baik
Jenis Makanan Ini Merusak Gigi Anda
Banyak Pasien Cek Kanker Hanya Ikut-ikutan Artis


10.19 | 0 komentar | Read More

Resiko Ibu Depresi Pasca Melahirkan Ternyata Besar

Jum'at, 15 Maret 2013 | 20:24 WIB

TEMPO.CO, Jakarta- Sudah lama diketahui bahwa seorang ibu baru memiliki resiko menderita depresi pasca melahirkan. Namun hasil penelitian terbaru dari Northwestern Medicine menemukan bahwa persentase ibu yang mengidap gangguan ini ternyata cukup besar.

Dikutip dari situs Science Daily, Jumat, 15 Maret 2013, ini merupakan penelitian psikiatris pertama dalam skala besar mengenai topik ini, melibatkan 10 ribu wanita yang baru saja melahirkan.

Dalam penelitian yang dimuat dalam jurnal JAMA Psychiatry ini, setelah melakukan pengujian klinis ditemukan sekitar 14 persen dari responden atau sekitar 1.400 wanita mengalami depresi pasca melahirkan. Dari jumlah tersebut, hanya 826 orang yang menerima perawatan melalui kunjungan dari rumah ke rumah.

Yang mengkhawatirkan, sebanyak 19,3 persen wanita yang didiagnosis positif menderita depresi jenis ini, berpikir untuk menyakiti diri mereka sendiri. Banyak dari mereka yang didiagnosis ternyata pernah mengalami setidaknya satu episode depresi sebelumnya dan memiliki gangguan kecemasan. Sebanyak 22 persen dari mereka juga mengidap gangguan bipolar.

"Banyak wanita yang tidak mengerti apa yang terjadi pada mereka. Mereka mengira hanya mengalami stres, atau mereka pikir inilah yang seharusnya dirasakan ketika memiliki bayi," ujar Katherine L. Wisner, M.D. yang memimpin penelitian ini.

Bahkan di Amerika, ujarnya menambahkan, mayoritas penderita depresi pasca melahirkan tidak diidentifikasi dan dirawat. "Ini adalah sebuah masalah kesehatan yang sangat serius, karena kesehatan mental wanita memiliki efek yang besar pada kesehatan maupun perkembangan fisik dan mental anaknya,"ujarnya.

  
SCIENCE DAILY | RATNANING ASIH

10.19 | 0 komentar | Read More

Bayi yang Minum ASI Tak Bebas Obesitas  

Written By Unknown on Sabtu, 16 Maret 2013 | 10.19

Kamis, 14 Maret 2013 | 17:17 WIB

TEMPO.CO, Bristol - Bukan rahasia lagi bahwa air susu ibu alias ASI merupakan bahan makanan terpenting yang dibutuhkan bagi bayi. Meski begitu, tak berarti ASI mampu menangkal segala masalah kesehatan pada anak, salah satunya obesitas.

"Menggalakkan kegiatan menyusui bayi merupakan hal baik, namun tampaknya hal ini tidak memiliki dampak untuk mencegah obesitas," ujar Richard Martin, peneliti dari Universitas Bristol, UK, seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 13 Maret 2013.

Sebelumnya, memang ada penelitian yang menyebutkan bahwa bayi yang disusui memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menderita obesitas. Tapi, penelitian tersebut, ujar Martin, hanya membandingkan antara ibu yang memilih untuk menyusui dan tidak menyusui, sehingga bisa jadi mengabaikan faktor lain yang juga penting.

Karena itu, Martin memimpin sebuah studi di Belarus yang melibatkan 17 ribu ibu yang baru melahirkan, dan dimuat dalam Journal of the American Medical Association. Semua ibu yang menjadi responden awalnya menyusui bayinya, namun dengan rentang waktu yang berbeda lamanya.

Di negara ini terdapat pula kampanye khusus yang cukup berhasil dari WHO, yang mendorong agar ibu menyusui bayinya. Hasil dari kampanye ini, 43 persen ibu masih memberi ASI eksklusif kepada bayinya setelah tiga bulan pertama.

Sebanyak 14 ribu bayi kemudian terus dipantau perkembangannya hingga berusia 11 tahun. Hasilnya, tidak ditemukan kaitan antara pemberian ASI dan lemak pada tubuh anak hingga di usia itu. Sebanyak 14 hingga 16 persen bayi yang dipantau mengalami kelebihan berat badan, bahkan 5 persen di antaranya mengalami obesitas.

Meski tidak ditemukan efek menyusui untuk mencegah obesitas, peneliti menemukan manfaat lain dari ASI. Bayi yang ibunya mengikuti kampanye ASI eksklusif memiliki kasus eksim dan infeksi perut yang lebih rendah, sekaligus memiliki kemampuan berpikir dan mengingat lebih baik.

Mengomentari hasil studi ini, Alison Ventura, pakar nutrisi dari Drexel University, Philadelphia menyatakan masyarakat memang tidak usah terlalu menggembar-gemborkan manfaat ASI untuk mencegah obesitas. "Tapi kegiatan menyusui tetap saja penting untuk bayi," katanya.

REUTERS | RATNANING ASIH

Berita Gaya Hidup Terpopuler:
Piawai Mengolah Susu
Hati-Hati, Magnet Tertelan Bisa Lubangi Usus
Deteksi Dini Kanker: Positif Itu Baik
Jenis Makanan Ini Merusak Gigi Anda
Banyak Pasien Cek Kanker Hanya Ikut-ikutan Artis


10.19 | 0 komentar | Read More

Resiko Ibu Depresi Pasca Melahirkan Ternyata Besar

Jum'at, 15 Maret 2013 | 20:24 WIB

TEMPO.CO, Jakarta- Sudah lama diketahui bahwa seorang ibu baru memiliki resiko menderita depresi pasca melahirkan. Namun hasil penelitian terbaru dari Northwestern Medicine menemukan bahwa persentase ibu yang mengidap gangguan ini ternyata cukup besar.

Dikutip dari situs Science Daily, Jumat, 15 Maret 2013, ini merupakan penelitian psikiatris pertama dalam skala besar mengenai topik ini, melibatkan 10 ribu wanita yang baru saja melahirkan.

Dalam penelitian yang dimuat dalam jurnal JAMA Psychiatry ini, setelah melakukan pengujian klinis ditemukan sekitar 14 persen dari responden atau sekitar 1.400 wanita mengalami depresi pasca melahirkan. Dari jumlah tersebut, hanya 826 orang yang menerima perawatan melalui kunjungan dari rumah ke rumah.

Yang mengkhawatirkan, sebanyak 19,3 persen wanita yang didiagnosis positif menderita depresi jenis ini, berpikir untuk menyakiti diri mereka sendiri. Banyak dari mereka yang didiagnosis ternyata pernah mengalami setidaknya satu episode depresi sebelumnya dan memiliki gangguan kecemasan. Sebanyak 22 persen dari mereka juga mengidap gangguan bipolar.

"Banyak wanita yang tidak mengerti apa yang terjadi pada mereka. Mereka mengira hanya mengalami stres, atau mereka pikir inilah yang seharusnya dirasakan ketika memiliki bayi," ujar Katherine L. Wisner, M.D. yang memimpin penelitian ini.

Bahkan di Amerika, ujarnya menambahkan, mayoritas penderita depresi pasca melahirkan tidak diidentifikasi dan dirawat. "Ini adalah sebuah masalah kesehatan yang sangat serius, karena kesehatan mental wanita memiliki efek yang besar pada kesehatan maupun perkembangan fisik dan mental anaknya,"ujarnya.

  
SCIENCE DAILY | RATNANING ASIH

10.19 | 0 komentar | Read More

Enam Alasan Pria Berselingkuh  

Written By Unknown on Jumat, 15 Maret 2013 | 10.19

Kamis, 14 Maret 2013 | 14:55 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Perselingkuhan selama ini kerap dianggap sebagai sebuah kesengajaan seseorang untuk berpaling dari pasangannya. Padahal, kata kolumnis situs askmen.com, Ian Lang, banyak perselingkuhan yang dilakukan pria berawal tanpa rencana.

Inilah sebabnya, pada saat seorang pria merefleksikan kembali perselingkuhannya, terkadang mereka sendiri bingung dengan alasan selingkuh itu. Menurut Lang, ada enam sebab umum yang selama ini diam-diam mendorong pria untuk berselingkuh dari pasangannya.

1. Tidak mendapatkan seks yang menyenangkan

Salah satu tujuan pria dalam menjalani hubungan dan berkomitmen dengan seseorang adalah kebutuhan biologis. Kata Lang, seks adalah satu hal terpenting dalam hubungan percintaan seseorang. Jika dalam sebuah hubungan seorang pria mendapatkan kebutuhan psikologis namun tak puas secara seksual, ia cenderung akan frustrasi. "Dan perlahan terpikir untuk berselingkuh," ujar Lang.

2. Diselingkuhi

Ya, pria bisa jadi berselingkuh karena pasangannya terlebih dulu berpaling darinya. Dalam kasus ini, si lelaki biasanya terlalu sayang kepada kekasihnya. Tak rela menyudahi hubungan mereka, balas dendam dengan berselingkuh pun menjadi pilihan.

3. Tidak merasa diinginkan

Setiap orang selalu merasa diinginkan dan dibutuhkan oleh pasangannya. Jika seorang pria merasa si kekasih tidak menganggapnya menarik, itu tanda bahaya. Karena itu, penting bagi perempuan untuk sesekali mengapresiasi dan memuji pasangan mereka. Tak perlu malu juga sengaja berdandan dan menggoda suami, karena itu akan memuaskan visualnya.

4. Susah menolak

Ibaratnya, jangan menolak kesempatan yang datang. Ya, banyak pria berselingkuh karena merasa takut melewatkan peluang berkencan dengan perempuan menarik yang menggoda mereka. Apalagi jika perempuan itu terang-terangan menunjukkan ketertarikan secara seksual.

5. Bosan

Ini alasan umum para pria untuk berselingkuh. Terdengar aneh, namun banyak pria yang mengawali perselingkuhan karena tiba-tiba merasa asing melihat pasangannya. Mereka juga mendadak merasa bosan dan tidak lagi menikmati hal-hal romantis yang dulu biasa dilakukan berdua.

6. Merasa tidak dicintai.

Pria tak melulu memikirkan seks. Mereka pun mempunyai kebutuhan afeksi dan ingin merasa dicintai pasangannya. Seiring bertambahnya usia hubungan, pria mungkin merasa pasangannya tak lagi memperhatikan mereka seperti dulu. Efeknya, mereka mencari kebutuhan itu dari perempuan lain.

ISMA SAVITRI | ASKMEN.COM

Terpopuler:


10.19 | 0 komentar | Read More

Bayi yang Minum ASI Tak Bebas Obesitas  

Kamis, 14 Maret 2013 | 17:17 WIB

TEMPO.CO, Bristol - Bukan rahasia lagi bahwa air susu ibu alias ASI merupakan bahan makanan terpenting yang dibutuhkan bagi bayi. Meski begitu, tak berarti ASI mampu menangkal segala masalah kesehatan pada anak, salah satunya obesitas.

"Menggalakkan kegiatan menyusui bayi merupakan hal baik, namun tampaknya hal ini tidak memiliki dampak untuk mencegah obesitas," ujar Richard Martin, peneliti dari Universitas Bristol, UK, seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 13 Maret 2013.

Sebelumnya, memang ada penelitian yang menyebutkan bahwa bayi yang disusui memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menderita obesitas. Tapi, penelitian tersebut, ujar Martin, hanya membandingkan antara ibu yang memilih untuk menyusui dan tidak menyusui, sehingga bisa jadi mengabaikan faktor lain yang juga penting.

Karena itu, Martin memimpin sebuah studi di Belarus yang melibatkan 17 ribu ibu yang baru melahirkan, dan dimuat dalam Journal of the American Medical Association. Semua ibu yang menjadi responden awalnya menyusui bayinya, namun dengan rentang waktu yang berbeda lamanya.

Di negara ini terdapat pula kampanye khusus yang cukup berhasil dari WHO, yang mendorong agar ibu menyusui bayinya. Hasil dari kampanye ini, 43 persen ibu masih memberi ASI eksklusif kepada bayinya setelah tiga bulan pertama.

Sebanyak 14 ribu bayi kemudian terus dipantau perkembangannya hingga berusia 11 tahun. Hasilnya, tidak ditemukan kaitan antara pemberian ASI dan lemak pada tubuh anak hingga di usia itu. Sebanyak 14 hingga 16 persen bayi yang dipantau mengalami kelebihan berat badan, bahkan 5 persen di antaranya mengalami obesitas.

Meski tidak ditemukan efek menyusui untuk mencegah obesitas, peneliti menemukan manfaat lain dari ASI. Bayi yang ibunya mengikuti kampanye ASI eksklusif memiliki kasus eksim dan infeksi perut yang lebih rendah, sekaligus memiliki kemampuan berpikir dan mengingat lebih baik.

Mengomentari hasil studi ini, Alison Ventura, pakar nutrisi dari Drexel University, Philadelphia menyatakan masyarakat memang tidak usah terlalu menggembar-gemborkan manfaat ASI untuk mencegah obesitas. "Tapi kegiatan menyusui tetap saja penting untuk bayi," katanya.

REUTERS | RATNANING ASIH

Berita Gaya Hidup Terpopuler:
Piawai Mengolah Susu
Hati-Hati, Magnet Tertelan Bisa Lubangi Usus
Deteksi Dini Kanker: Positif Itu Baik
Jenis Makanan Ini Merusak Gigi Anda
Banyak Pasien Cek Kanker Hanya Ikut-ikutan Artis


10.19 | 0 komentar | Read More

Kurang Tidur, Wanita Lebih Pemarah di Pagi Hari

Written By Unknown on Kamis, 14 Maret 2013 | 10.19

Kamis, 14 Maret 2013 | 04:29 WIB

TEMPO.CO, North Carolina-- Jika seorang wanita menjadi lebih pemarah saat bangun pagi, jangan terlalu diambil pusing. Pasalnya, hal tersebut merupakan suatu yang alami. Para ilmuwan menemukan bahwa wanita membutuhkan waktu tidur lebih banyak dibandingkan pria. Karena itu, suami yang baik selayaknya memberi kesempatan kepada pasangannya untuk tidur lebih. Jika tidak, terimalah konsekuensinya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa wanita lebih menderita dibandingkan pria, baik secara mental maupun fisik, jika mereka dipaksa untuk mengurangi jam tidurnya. Selain itu, para wanita juga lebih berisiko terkena penyakit jantung, depresi dan masalah psikologis lainnya, serta terjadinya penggumpalan darah akibat gangguan tidur yang bisa menyebabkan stroke. Masalah lain, para wanita juga mengalami tanda peradangan yang lebih tinggi yang mengindikasikan masalah kesehatan.

Karena penanda peradangan ini juga terkait dengan nyeri, pakar masalah tidur, Dr Michael Breus menjelaskan bahwa wanita bisa terlihat lebih sakit saat mereka bangun tidur. Hal tersebut, sambung dia, cukup untuk membuat seorang wanita menjadi lebih pemarah di pagi hari.

Dalam studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Duke University di North Carolina, para pria tidak menunjukkan kenaikan risiko atas berbagai gangguan yang dialami wanita saat mereka kurang tidur.

"Kami menemukan bahwa wanita mengalami lebih banyak depresi, lebih pemarah dan lebih tidak ramah di pagi hari," ujar Dr. Breus seperti dikutip situs Daily Mail edisi 12 Maret 2013.

Lantas apa yang disarankan oleh Dr Breus untuk mengatasi hal tersebut? Dikatakan bahwa jika wanita tidak bisa mengatur waktu tidurnya secara cukup, cobalah untuk mengambil strategi dengan tidur siang. Namun, ia mengingatkan bahwa tidur siang ini haruslah berdurasi antara 25 menit hingga 90 menit. Lebih dari jumlah tersebut akan membuat wanita justru merasa lebih buruk saat bangun tidur. Ini bukanlah pertama kalinya seorang pakar menyatakan bahwa wanita membutuhkan lebih banyak tidur ketimbang pria.

Salah satu lembaga di Inggris, menemukan bahwa wanita sesungguhnya membutuhkan 20 menit tidur lebih lama. Hal ini dikarenakan wanita menggunakan otak secara multi-tasking. "Salah satu fungsi utama tidur adalah membiarkan otak sembuh dan memperbaiki dirinya sendiri," ujar Profesor Jim Horne, direktur dari Sleep Research Centre di Loughborough University.

"Selama tidur, cortex, bagian otak yang bertanggung jawab untuk berpikir, memori, bahasa dll, istirahat dari semua itu dan berposisi recovery," kata dia.

Semakin sering otak digunakan sepanjang hari, sambung Prof Horne, semakin perlu recovery itu dilakukan dan sebagai akibatnya, "Anda membutuhkan waktu tidur lebih banyak." Ia menambahkan, "wanita cenderung multi-task ? mereka mengerjakan banyak hal sekaligus dan fleksibel, sehingga mereka menggunakan otaknya lebih banyak dibandingkan para pria." Karena itu, wanita membutuhkan waktu tidur lebih lama.

"Seorang pria yang melakukan pekerjaan yang kompleks yang melibatkan banyak pembuatan keputusan dan cara berpikir yang banyak juga membutuhkan tidur yang lebih lama dibandingkan pria lainnya, meskipun tetap tidak sebanyak wanita," kata Prof. Horne. Kenali pasangan Anda, simak infonya di sini.

DAILY MAIL I ARBA'IYAH SATRIANI

Baca juga:
Vitamin C Dosis Tinggi Picu Risiko Batu Ginjal
Inilah Mitos dan Fakta Tabir Surya
Ditemukan, Cara Menumbuhkan Gigi dari Sel
Waspada, Cedera Akibat Tidur Sambil Berjalan


10.19 | 0 komentar | Read More

Piawai Mengolah Susu

Kamis, 14 Maret 2013 | 05:15 WIB

TEMPO.CO , Jakarta:Novita Angie, 37 tahun, percaya diri dengan dua resep andalannya dalam mengolah susu. "Pertama dibuat panas, kedua dibuat dingin," ujar pemain sinetron dan pembawa Acara ini dalam pembukaan Yummy Bar, 3 Maret 2013.

Jawaban spontan Ibu dua anak ini langsung disambut tawa pengunjung. Sebab kepiawaian mengolah susu ternyata hanya sebatas mengaduknya dengan air. Untungnya dua buah hati Novita tak rewel soal konsumsi susu. "Nutrisi dan rasa bahan makanan itu memang terkadang tidak sejalan," ujar Ahli Gizi Emilia A. Achmadi dalam kesempatan yang sama.

Menurut perempuan yang memiliki praktik di Klinik Kardiovaskular ini, kreativitas mengolah makanan perlu untuk membuat makanan tak belaka terasa enak. "Tapi nutrisi juga tercukupi," kata dia.

Seperti susu, memang diketahui baik bagi anak-anak. Namun supaya meningkatkan konsumsinya perlu ditambah aneka bahan yang menyehatkan sekaligus enak.

Kandungan yang baik bagi pertumbuhan, menurut Emilia, bukan berarti harus memberikan konsumsi berlebihan bagi anak. Ia memberikan angka sekitar 500-750 liter per hari untuk anak dari satu hingga 12 tahun dalam mengkonsumsi susu. Untuk melengkapi kegemaran tersebut, Emilia menyarankan tambahkan sejumlah bahan yang sehat, segar, dan menarik.

Contohnya adalah buah segar, kacang-kacangan, hingga coklat. Agar kandungan proteinnya tidak lekas hilang, Emilia menganjurkan untuk mencampur susu dan air hangat bersuhu 80 derajat celcius. "Kalau pakai dispenser itu enggak apa-apa, karena rata-rata 70 derajat celcius," kata dia.

Selain dengan suhu panas, susu tidak baik terpapar suhu ruang atau susu normal. Menurut Emilia, susu yang sudah dibuat ada baiknya segera diminum. Karena kandungan protein tersebut, susu mudah dihinggapi bakteri yang suka dengan zat kaya protein. "Jangan pernah biarkan susu terlalu lama," kata Emilia.

Dengan takaran konsumsi 500-750 ml, menurut Emilia, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan protein anak yang berkisar 30-40 persen dari total kandungan gizi dalam porsi makan sehari. Maka selain susu, anak di bawah usia 12 tahun, ada baiknya mendapat tambahan konsumsi protein lain dari lauk. Jadi jangan gantungkan asupan protein dari susu semata.

DIANING SARI


10.19 | 0 komentar | Read More

Waspada, Cedera Akibat Tidur Sambil Berjalan  

Written By Unknown on Rabu, 13 Maret 2013 | 10.19

Rabu, 13 Maret 2013 | 03:44 WIB

TEMPO.CO, Paris--Tidur sambil berjalan bukan dominasi anak kecil. Orang dewasa pun bisa mengalaminya. Bahkan 58 persen dari mereka, menurut sebuah penelitian terbaru, bisa bertindak kasar atau mencelakai dirinya sendiri maupun teman tidurnya.

Selain itu, ungkap para peneliti, mereka yang suka tidur sambil berjalan mengalami masalah kesehatan selama waktu terjaga. "Ngantuk sepanjang hari merupakan masalah yang sering muncul pada orang dewasa sebagai akibat dari tidur sambil berjalan," kata Dr Yves Dauvilliers, direktur laboratorium tidur di rumah sakit Gui-de-Chauliac di Montpelier, Prancis.

Orang-orang yang tidur sambil berjalan juga mengalami masalah seperti depresi, kecemasan dan kualitas hidup yang lebih rendah. Sedangkan cedera yang dialami baik orang yang tidur sambil berjalan maupun rekan tidurnya, terjadi sekitar 17 persen. "Sebagian pasien melompat ke jendela," kata Dauvilliers seperti dikutip situs Health Day edisi 8 Maret 2013. "Sebagian yang lain berjalan di atap rumah. Sementara yang lainnya jatuh dari tangga sehingga kakinya patah."

Hasil studi ini dipublikasikan di jurnal Sleep edisi Maret 2013. Untuk riset tersebut, Dauvilliers mengevaluasi 100 orang dewasa yang tidur sambil berjalan dan datang ke klinik gangguan tidur di rumah sakit tempatnya bekerja. Usia rata-rata pasien adalah 30 tahun. Mereka dievaluasi dengan video yang berlangsung satu malam di dalam lab. Pasien juga menjawab pertanyaan mengenai berbagai masalah terkait tidur, kelelahan, kecemasan, depresi dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Selain itu, pasien juga membuka rahasia mengenai kemungkinan pencetus terjadinya tidur sambil berjalan, seperti stres, emosi yang kuat, konsumsi alkohol atau melakukan aktivitas fisik yang keras pada sore hari. Para peneliti juga mewawancarai 100 orang sehat yang tidak mengalami tidur sambil berjalan dan membandingkan hasilnya.

Dari mereka yang tidur sambil berjalan, 23 persen mengalaminya setiap malam sedangkan 43,5 persen mengalami hal tersebut seminggu sekali. Usia rata-rata mereka mulai tidur sambil berjalan adalah sembilan tahun. Lebih dari separuhnya mengaku bahwa keluarganya mempunyai sejarah tidur sambil berjalan.

Dibandingkan dengan mereka yang tidak tidur sambil berjalan, mereka yang tidur sambil berjalan lebih cenderung mengalami ngantuk sepanjang hari, kelelahan, insomnia, gejala kecemasan dan depresi. Mereka juga merasakan kualitas hidup yang lebih rendah.
Cara untuk mengurangi kebiasaan tidur sambil berjalan, menurut Dauvilliers, orang harus menghindari pemicunya. Beberapa kasus yang parah, membutuhkan obat-obatan seperti benzodiazepines yang merupakang obat dengan efek menenangkan.

Dr. Maurice Ohayon, profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Stanford University menyetujui pendapat Dauvilliers. "Untuk menurunkan stres, misalnya, buatlah jadwal bangun tidur yang tetap dan cukup tidur," kata dia. Meningkatkan keamanan lingkungan juga bisa membantu menurunkan cedera. "Bel di pintu merupakan ide yang bagus," ujar  dia. "Namun bunyinya harus cukup keras sehingga membangunkan orang yang tidur sambil berjalan."

HEALTH DAY I ARBA'IYAH SATRIANI

Baca juga:
10 Kota Besar AS yang Baik Bagi Penderita Asma
Waspadai Saraf Leher Kejepit
Permen Karet Bantu Konsentrasi Otak
Konsumsi Daging Olahan Tingkatkan Risiko Kematian


10.19 | 0 komentar | Read More

Inilah Mitos dan Fakta Tabir Surya

Rabu, 13 Maret 2013 | 03:51 WIB

TEMPO.CO , Jakarta:Pajanan radiasi ultraviolet sinar matahari yang berlebihan dapat merugikan kesehatan. Misalnya kulit terbakar, penuaan dini, bahkan memicu penyakit kulit ganas, termasuk kanker. Sebab itu, sejumlah produsen menawarkan produk tabir surya alias sunscreen untuk menangkal efek jahat radiasi tersebut (fotoproteksi).

Menurut Hari Sukanto, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo Surabaya, fotoproteksi tidak hanya terbatas pada pemakaian tabir surya. Upaya menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan juga tak bisa diabaikan. "Gunakan pelindung terhadap paparan sinar matahari dengan baju, topi, kaca mata, dan tabir surya," katanya dalam Simposium Pearls of Cosmetic Dermatology di hotel Borobudur, Jakarta, akhir Februari lalu.

Dalam forum yang sama, Erdina H.D. Pusponegoro, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM Jakarta, mengungkap adanya sejumlah mitos tentang fotoproteksi itu. Agar mitos itu tak terus hidup dan berkembang, ia pun membuka faktanya.

 Mitos 1:
Tabir surya dengan SPF (sun protecting factor) tinggi merupakan satu-satunya yang dibutuhkan untuk perlindungan terhadap pajanan matahari.
Fakta 1:
- Tabir surya sendiri tidak dapat memberikan perlindungan sepenuhnya.
- Kebanyakan tabir surya mengalami fotodegradasi ketika terpajan sinar matahari. Tabir surya tidak dibuat untuk bertahan lebih dari dua jam di luar ruangan.
- Tabir surya tidak seefektif menghindari pajanan matahari pada pukul 11.00-16:00 dengan cara mencari tempat teduh dan mengenakan pakaian yang melindungi.

Mitos 2:
Penggunaan tabir surya dengan SPF 15 dan SPF 30 secara bersamaan dapat memberikan proteksi SPF 45.
Fakta2:
- SPF tertinggi yang digunakan, SPF tertinggi yang didapatkan. Pada kasus ini, SPF yang diperoleh 30.
- Penggunaan tabir surya dengan jumlah yang tepat lebih baik daripada penggunaan tabir surya SPF tinggi dengan jumlah yang tidak tepat.

Mitos 3:
Orang dengan kulit gelap sudah terlindungi dari matahari.
Fakta3:
- Kulit normal yang berwarna gelap hanya menawarkan SPF 4, oleh sebab itu tetap dianjurkan untuk memakai fotoprotektor.
- Semua orang, apa pun tipe kulitnya, harus melakukan tindakan perlindungan terhadap pajanan matahari. Orang dengan warna kulit yang gelap memiliki proteksi natural lebih banyak dibandingkan orang dengan warna kulit yang lebih terang.

Mitos 4:
Tanned skin (menggelapkan kulit) membuat Anda terlihat lebih sehat, menarik, dan terlindung dari kerusakan akibat sinar matahari.
Fakta4:
- Sebagian besar orang menganggap bahwa tanned skin terlihat lebih cantik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri. Ini hanya efek psikologis.
- Tan merupakan reaksi perlindungan kulit terhadap radiasi; merefleksikan kerusakan kulit dan kulit berusaha memberikan perlindungan dengan melanin yang terbatas pada warna kulit, rambut, dan mata untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Seiring dengan berjalannya waktu, tanned skin akan menjadi keriput, kendur, kasar, kusam, dan bernada.
- Self-tanning cream tidak memiliki efek perlindungan terhadap matahari.

Mitos 5: Mendapatkan base tan dapat mencegah seseorang mendapat sunburn.
Fakta 5:
- Base tan adalah SPF 2 untuk kulit tipe 2.
- Kebanyakan ras Kaukasia memiliki kulit tipe 2.
- Kulit yang lebih gelap (tipe 4-6) akan memiliki proteksi yang lebih tinggi dengan base tan.

Mitos 6:
Indoor tanning lebih aman karena waktu pajanan lebih pendek.
Fakta6:
- Tidak lebih aman.
- Bohlam tanning bed mengeluarkan radiasi UVA yang berpenetrasi lebih dalam ke kulit dan tidak memberikan tanda-tanda peringatan pajanan UV yang berlebihan seperti sunburn.
- Tanning bed
dapat memberikan radiasi 15X lebih banyak dari cahaya matahari di siang hari.
- 20 menit di tanning bed setara dengan 3-4 jam di matahari.

Mitos 7:
Tidak perlu menggunakan tabir surya karena telah menggunakan make-up yang mengandung tabir surya.
Fakta 7:
- Banyak foundation dan make-up yang mencantumkan SPF pada kemasannya tetapi tidak menyebutkan tabir surya yang dikandung, tidak photostable, tidak mengandung UVA blocker, dan diaplikasikan dalam jumlah yang tidak mencukupi untuk mencapai SPF yang diharapkan.

Mitos 8:  
Penggunaan tabir surya menyebabkan kekurangan vitamin D.
Fakta 8:
-
Dalam jumlah kecil (beberapa menit setiap harinya) sinar matahari memang dibutuhkan (UVB membantu produksi vitamin D pada kulit). Sebagian besar orang mendapatkan kebutuhan vitamin D harian dari makanan.
- Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan jangka panjang tabir surya sedikit atau tidak berpengaruh pada level vitamin D, tidak menginduksi hiperparatiroid sekunder atau osteoporosis.
- Pada pasien risiko tinggi, dianjurkan pemberian suplemen vitamin D 1.000 IU/hari.

Mitos 9:
- Tabir surya dapat menyebabkan kebutaan bila mengenai mata.
Fakta 9:
-
Tabir surya tidak dapat menyebabkan kebutaan. Apabila mengenai mata, bilas dengan air selama 10-15 menit. Apabila mata kemerahan, nyeri menusuk, bengkak menetap, segera hubungi dokter.

Mitos 10:
Matahari tidak berbahaya bila cuaca mendung/berkabut.
Fakta 10:
- Awan dan kabut tidak memberikan perlindungan penuh dari pajanan matahari. Sampai 80 persen cahaya matahari dapat menembus awan kecil dan kabut. Hal ini menjadi alasan untuk tetap menggunakan photoprotective cosmetic tan dalam lingkungan artifisial, seperti indoor tanning.
- Faktor seperti waktu, musim, awan, polutan, posisi dari garis bumi, pantulan permukaan seperti pasir, salju, dan air mempengaruhi intensitas cahaya matahari.

DWI WIYANA

Berita terpopuler:
10 Kota Besar AS yang Baik Bagi Penderita Asma
Waspadai Saraf Leher Kejepit
Orang Gemuk Berumur Panjang 
Permen Karet Bantu Konsentrasi Otak
Vitamin C Dosis Tinggi Picu Risiko Batu Ginjal 
Konsumsi Daging Olahan Tingkatkan Risiko Kematian


10.19 | 0 komentar | Read More

10 Kota Besar AS yang Baik Bagi Penderita Asma

Written By Unknown on Selasa, 12 Maret 2013 | 10.19

Selasa, 12 Maret 2013 | 05:34 WIB

TEMPO.CO , Jakarta:Setiap tahun, the Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA) membuat urutan 100 kota besar di Amerika yang bagus untuk ditinggali bagi penderita asma. Saat menentukan hal itu, AAFA melihat beberapa faktor seperti rating asma, kualitas udara, dan jumlah ahli asma di daerah itu. Berikut adalah 10 kota besar terbaik untuk para penderita asma.

10. Boise, Idaho
Tingkat penderita asma di kota berpopulasi 587.689 jiwa ini lebih tinggi dari rata-rata nasional, namun Boise mendapat predikat salah satu kota yang baik karena memiliki kelebihan dalam hal kualitas udaranya dan tingkat kemiskinan yang rendah. Kemiskinan merupakan faktor penting risiko asma. Orang yang hidup dalam kemiskinan diyakini lebih rentan terhadap asma karena mereka cenderung lebih terkena alergi, iritasi udara (seperti knalpot lalu lintas), dan stres emosional.

9. Portland, Maine.
Berkat banyaknya nilai kebudayaan, tingkat kejahatan yang rendah, dan ekonomi yang kuat, Portland mendapat peringkat pertama pada daftar kota paling Layak Huni Amerika tahun 2009 versi majalah Forbes. Sehingga para penderita asma di kota yang memiliki populasi 513.102 jiwa ini akan merasa layak huni. Memiliki aturan ketat tentang tidak boleh merokok di tempat umum, membuat kota ini memiliki kualitas udara yang baik. Asap rokok merupakan pemicu asma ampuh yang dapat membawa pada serangan asma pada beberapa orang.

8. San Fransisco, California.
Kota berpenduduk 4.203.898 ini memiliki prioritas yang tinggi untuk memerangi asma. San Francisco membuat aksi memerangi asma sebagai prioritas sipil. Pada tahun 2001, Dewan Pengawas kota menciptakan Task Force-Asma, sekelompok tokoh masyarakat, profesional kesehatan, dan penderita asma, yang bekerja untuk mengelola dan mencegah asma.

7. Daytona Beach, Florida
Sebagai kota paling kecil dalam daftar sepuluh peringkat teratas AAFA, kota ini memiliki peringkat lebih buruk dari rata-rata dalam kategori persentase penduduk tanpa kesehatan. Tapi sebaliknya, kualitas udara di kota berpenduduk 500.413 jiwa ini berada di atas rata-rata, selama Anda tinggal jauh dari daerah Daytona International Speedway. Karena Daytona Internasional Speedway ini adalah tempat berlangsungnya lomba balap mobil tahunan the Daytona 500 NASCAR yang tentunya banyak mengeluarkan asap knalpot. Asap knalpot mengandung karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrokarbon yang merupakan pemicu asma.

6. Palm Bay, Florida
Kota berpenduduk 536.161 ini terletak di Samudera Atlantik, hanya 100 km sebelah selatan dari Daytona Beach. Tidak seperti banyak kota-kota lain di bagian atas daftar AAFA itu, Palm Bay mencetak nilai yang baik tinggi pada tingkat asma dan langkah-langkah kualitas udara. Motto kota ("Tempat sempurna untuk Tumbuh") pasti cocok untuk anak-anak penderita asma.

5. Kota Portland, Oregon
Walaupun tingkat asma pada kota Portland, Oregon ini berada di atas rata-rata, tapi kota yang terkenal dengan kehijauannya ini menawarkan udara bersih dan sangat ramah untuk para penderita asma secara keseluruhan. Pada tahun 2009, kota ini masuk ke peringkat sepuluh besar daftar AAFA karena larangan menyalakan rokok dalam jarak 10 kaki dari pintu bisnis atau jendela.

4. Kota Colorado Springs, Colorado
Kota berpopulasi 609.096 ini berada di ketinggian 6.000 meter di atas permukaan laut. Ketinggian kota itu membuatnya lebih bersahabat kepada penderita asma. Penelitian menunjukkan bahwa tungau debu, salah satu zat paling umum yang dapat memicu asma, tidak banyak ditemukan pada ketinggian tertentu karena kelembapan udaranya yang rendah.

3. Minneapolis, Minnesota
Kota berpenduduk 3.208.212 ini cukup sering berada di tingkat atas kota terbaik bagi penderita asma menurut AAFA. Kualitas udaranya melebihi rata-rata, tapi terkadang kota ini juga bisa sangat dingin dan kurang baik bagi beberapa penderita asma. Pada musim dingin suhu udaranya bisa sangat dingin karena anginnya yang bertiup. Suhu itu bisa menggangu beberapa penderita asma, karena pada udara dingin, maka hawa akan kering dan dapat menyebabkan kejang pada saluran bronkial, lorong-lorong paru-paru kronis yang menjadi meradang pada penderita asma.

2. Seattle, Washington
Kota berpenduduk 3.309.347 nyaris mendapat nilai solid secara keseluruhan dari AAFA, namun tidak sempurna. Tidak seperti kebanyakan kota-kota pada daftar 10 teratas, Seattle hanya mendapat nilai rata-rata untuk kualitas udara. Untungnya hal itu diperbaiki oleh kota itu. Pada bulan Agustus 2008, setelah gelombang panas dan angin cahaya yang disebabkan asap, ozon, dan polutan lainnya menumpuk di atas kota itu, akibatnya, daerah itu dan pejabat lokal diminta untuk mempersiapkan sebuah rencana untuk meningkatkan kualitas udara.

1. Cape Florida di teluk Meksiko
Cukup menarik ketika tiga kota di Florida muncul dalam daftar empat kota terbaik versi AAFA ini. Meskipun panas dan kelembapan dapat memperburuk gejala asma pada beberapa orang, namun daerah dekat tropis yang memberikan banyak sinar matahari ini sebenarnya memberikan bantuan bagi para penderita asma.

HEALTH.COM | MITRA TARIGAN


10.19 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger