Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Rabu, 30 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Selasa, 29 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Senin, 28 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Minggu, 27 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Sabtu, 26 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Jumat, 25 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Kamis, 24 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Rabu, 23 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

Written By Unknown on Selasa, 22 April 2014 | 10.20

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.20 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.20 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Senin, 21 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Minggu, 20 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Sabtu, 19 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Jumat, 18 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

Written By Unknown on Kamis, 17 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass  

Written By Unknown on Rabu, 16 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membantu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunikasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di Internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian, menjelaskan bahwa Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkiti 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

Kesalahan Sepele Saat Wawancara Kerja

TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara adalah tahap penting bagi perusahaan untuk menilai calon karyawan yang akan dipekerjakan di kantor mereka. Dengan wawancara, perekrut akan mengetahui kepribadian dan kesiapan pelamar. Namun, berdasarkan data yang dikumpulkan Collegeatlas.org, masih banyak yang tidak menyadari kesalahan mereka saat diwawancara oleh pihak kantor. 

Berdasarkan hasil survei, kesalahan nonverbal adalah yang paling tidak disadari pelamar. Misalnya, sebanyak 67 persen pelamar tidak melakukan kontak mata, hanya 47 persen yang mengetahui profil perusahaan, dan 38 persen tidak tersenyum. Padahal, tiga poin di atas merupakan penilaian yang penting.

Selain itu, 33 persen pelamar masih memiliki postur tubuh yang jelek dan terlalu gelisah, 26 persen tidak bersalaman dengan benar, dan 9 persen terlalu banyak menggerakkan tangan.

Di lain pihak, ada tiga hal umum yang dilihat oleh perusahaan saat mewawancarai pelamar. Sebanyak 55 persen melihat dari cara berpakaian, bertindak, dan cara masuk ke pintu. Sekitar 33 persen menilai dari suara, tata bahasa, dan rasa percaya diri pelamar, sementara 7 persen melihat dari kata-kata yang diucapkan.

"Ada empat cara bagi pelamar agar sukses saat sesi wawancara. Pertama, mereka harus mengenal betul perusahaan tersebut; kedua, secara spesifik menjelaskan posisi yang ingin diisi; ketiga, menjelaskan kelebihan untuk posisi tersebut; dan keempat, siap menjelaskan jenis pekerjaan Anda sebelumnya," tulis Collegeatlas.org.

RINDU P HESTYA | COLLEGE ATLAS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging
Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass


10.19 | 0 komentar | Read More

Pasien Parkinson Bisa Mandiri dengan Google Glass

Written By Unknown on Selasa, 15 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Newcastle - Selain membuat hidup jadi mobile, kemajuan perangkat teknologi juga bisa digunakan untuk membantu pasien. Tim peneliti dari Newcastle University Newscastle, Inggris, melakukan penelitian bahwa Google Glass bisa membatu hidup pasien parkinson untuk memantau gejala dan kehidupan sosial.

Para peneliti mengadakan lokakarya dengan pasien parkinson dan kemudian membiarkan mereka menggunakan Google Glass di rumah. Salah satu partisipan, Lynn Tearse, 50 tahun, menjelaskan bahwa peranglat kacamata ini sangat membantu dirinya untuk berkomunukasi.

"Saya mencoba dengan perintah suara dan ini benar-benar hebat. Saya bisa menggunakannya untuk mengambil foto, mencari informasi di internet, melakukan panggilan, bahkan berkirim pesan," kata Tearse, seperti dilaporkan situs ABC News, Jumat, 11 April 2014.

Sensor kecil pada Google Glass dapat mengawasi gerakan mata dan kepala sebagai peringatan kepada pasien jika mulai menunjukkan gejala. Jika gejala terdeteksi lebih cepat, pasien bisa mengkonsumi obat lebih dulu agar reaksinya bisa diminimalisir.

Dr John Vines, kepala penelitian menjelaskan,  Google Glass mengembalikan kendali penderita parkinson agar lebih mandiri. Perangkat ini bisa digunakan untuk pengingat, mempermudah komunikasi, dan aktivitas lainnya yang sulit dilakukan saat mereka kambuh.

Penderita parkinson mengalami suatu kondisi neurologis progesif yang mengakibatkan hilangnya kontrol motor rigidty, tremor, dan melambatnya gerakan. Penyakit ini sudah menjangkit 10-50 juta orang di dunia.

RINDU P HESTYA | ABC NEWS

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita 
Pria Cenderung Abaikan Gangguan Makan 
Delapan Tip Memilih Jas
6 Alasan untuk Joging 
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka


10.19 | 0 komentar | Read More

6 Alasan untuk Joging  

TEMPO.CO, Jakarta - Semua orang tahu bahwa banyak manfaat yang bisa didapat dari olahraga. Banyak pula pilihan olahraga yang bisa dilakukan, mulai dari pergi ke tempat gym atau hanya berlari di pagi hari.

Namun, ternyata masih banyak masyarakat yang berpikir dua kali untuk melakukan olahraga ini. Padahal, banyak alasan untuk memulainya. Berikut di antaranya:

1. Tanpa biaya
Anda bisa berlari kemana pun dan sesering apa pun tanpa harus mengeluarkan biaya. Cukup dengan baju olahraga dan sepatu yang nyaman, Anda bisa membakar kalori hanya dengan mengitari area perumahan.

2. Lebih sosial
Selain membuat sehat, mengajak teman Anda berlari bersama di taman dapat memperkuat hubungan sosial. Bahkan, tak perlu orang yang sudah dikenal. Di sepanjang trek berlari, Anda bisa berkenalan dengan orang-orang baru yang sama-sama memiliki kepedulian pada kesehatan.

3. Membakar lemak
Selain membantu meningkatkan metabolisme, berlari juga bisa membakar lemak pada tubuh Anda. Bukan hanya selama berlari saja, lemak di tubuh akan terus terbakar setelahnya karena suhu tubuh akan terus panas setelah melakukan aktivitas ini.

4. Meningkatkan kemampuan tubuh
Berlari secara rutin diyakini dapat meningkatkan energi dalam tubuh. Selain itu, dalam sekali berlari kapasitas bernapas dan kekuatan otot juga akan meningkat.

5. Penghargaan untuk diri sendiri
Berlari bukan hanya dapat meningkatkan metabolisme atau energi tubuh, tapi juga memberi penghargaan kepada diri Anda. Jika Anda berhasil melakukan olahraga yang ringan ini, maka akan muncul kepuasan tersendiri setelahnya. Selain itu, Anda juga mungkin mendapat pengalaman baru saat berlari di luar ruangan.

6. Mengurangi stres
Saat berlari, Anda akan merasa telah meninggalkan stres di belakang. Para peneliti menemukan berlari juga meningkatkan serotonin di otak yang dipercaya dapat membuat otak lebih tenang.

RINDU P HESTYA | FEMALE FIRST

Berita Lain:
Tidur Siang Bantu Proses Belajar Balita
Delapan Tip Memilih Jas
Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka
Parade Model Cilik, Rayakan Hari Autis Sedunia


10.19 | 0 komentar | Read More

Selfie Tanda Tak Percaya Diri

Written By Unknown on Senin, 14 April 2014 | 10.19

Artis film "Veronica Mars", Kristen Bell (kanan) berpose dengan penggemarnya yang melakukan selfie, saat premiere film tersebut di TCL Chinese Theater, Hollywood, (13/3). REUTERS/Kevork Djansezian

TEMPO.CO, London - Selfie -atau memfoto diri sendiri, bukan sekadar bertujuan mengabadikan momen. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Petya Eckler, dari Universitas Strathclyde, Glasgow, Skotlandia, menyatakan orang yang kerap berfoto selfie memiliki perasaan negatif terhadap citra tubuhnya. "Selfie menunjukkan orang di foto itu khawatir mengenai tubuh mereka," kata Eckler seperti dilansir Telegraph, Ahad, 13 April 2014.

Penelitian Eckler dimulai dengan mewawancarai ratusan siswa perempuan di Skotlandia. Hasilnya mengejutkan. Para siswa merasa tak percaya diri terhadap citra tubuhnya. Hal itu ditandai dengan memotret berulang-ulang dan terus menerus mengoreksi bagian wajah yang dianggap tak sempurna sebelum mengunggahnya ke madia sosial.

Meski foto selfie juga telah banyak dilakukan oleh para pesohor dunia seperti Perdana Menteri Inggris David Cameron dan pembawa acara Ellen DeGeneres, ilmuwan lain seperti dosen psikologi dari Universitas Cambridge Terri Apter juga berpendapat serupa. Selfie, kata dia, dilakukan oleh orang-orang yang tak memiliki kepercayaan diri dan menggunakan foto tersebut untuk mencari tahu pendapat orang lain mengenai dirinya. "Kita semua menyukai ide untuk mengontrol citra diri di mata orang lain, diperhatikan, dan menjadi bagian dari budaya."

Selain itu, Apter mengatakan selfie juga berkaitan erat dengan narsisme dan promosi diri secara berlebihan terutama setelah banyak selebriti mengikuit tren ini. Akibatnya, penggemar selfie juga sering merasa khawatir jika foto mereka tak tersebar luas dan dilihat oleh banyak orang. "Ada ketakutan bahwa mereka 'tak terlihat' yang ujungnya sangta membuat frustasi," kata Apter.

LINDA HAIRANI | THE TELEGRAPH

Topik terhangat:
Pemilu 2014 | Jokowi | Pesawat Kepresidenan | MH370 | Prabowo

Berita terpopuler:
Ini Pola Baru Penggalangan Dana Teroris 
Green House, Proyek Pribadi Jokowi di Jakarta
Ahmad Dhani: Mendidik Anak Nggak Susah


10.19 | 0 komentar | Read More

Gadis Kecil Ini Menderita Penyakit Mata Langka

TEMPO.CO, Manchester - Molly Bent, seorang gadis berusia enam tahun, didiagnosa menderita retinitis pigmentosa, sebuah penyakit mata yang belum ditemukan obatnya, pada Desember 2013 lalu. "Kami sangat terkejut saat mendengar berita itu karena kami diberitahu hanya anak laki-laki yang mengidap penyakit ini," kata Eve, Ibu Bent seperti dilansir Telegraph, Ahad 13 April 2014.

Eve menuturkan, Molly lahir dengan penglihatan sempurna. Namun belakangan ia mulai mengamati putrinya lambat laun harus berjuang saat menonton televisi maupun mengerjakan pekerjaan rumahnya. Penyakit ini merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi. Penyakit ini membuat retina mengalami kemunduran (degenerasi) yang berkelanjutan hingga menimbulkan gangguan penglihatan. Penyakit ini akan berujung pada kebutaan.

Di keluarganya, kata Eve, ia memiliki saudara laki-laki dan beberapa orang paman dengan kondisi serupa. Ia tak pernah menyangka putrinya juga akan mewarisi penyakit itu. "Kami tidak tahu kapan persisnya Molly akan buta tapi rasanya penglihatannya memburuk setiap kali kami pergi ke Optik," ujarnya.

Molly, Eve menjelaskan, saat ini ia tak bisa melihat dari sisi matanya. Menurut Molly, di dalam penglihatannya orang-orang berdiri dalam jarak yang jauh. Ia juga tak bisa melihat di malam hari dan di keadaan yang minim cahaya. Kondisi ini membuatnya sering terjatuh.

Anak-anak Eve yang lain, Charlotte, 5 tahun, dan Samuel, 2 tahun, telah diajari untuk membantu Molly. Charlotte, kata Eve, sangat membantu kakaknya setiap perjalanan pulang dari sekolah. Charlotte memberi tahu Molly jika ada penghalang di jalan seperti lubang atau tiang lampu.

Lantaran jenis penyakitnya turunan, Eve juga memeriksakan penglihatan Charlotte dan Samuel setiap tiga sampai enam bulan. "Masih ada kemungkinan ketiga anak saya akan buta dan itu menakutkanku."

Eve berujar putrinya bertekad untuk melihat hal sebanyak yang ia bisa sebelum penglihatannya hilang. Gadis itu telah menyusun daftar sepanjang lengannya yang berisi hal dan tempat-tempat yang ingin dilihatnya. Keluarganya juga telah menggalang dana dan berhasil mengumpulkan GBP 13 ribu atau sekitar Rp 248 juta. "Saya tak akan bisa menyanggupi semuanya tapi saya akan berusaha," kata dia.

LINDA HAIRANI | THE TELEGRAPH

Topik terhangat:
Pemilu 2014 | Jokowi | Pesawat Kepresidenan | MH370 | Prabowo

Berita terpopuler:
Ini Pola Baru Penggalangan Dana Teroris 
Green House, Proyek Pribadi Jokowi di Jakarta 
Mengenal Heartbleed Bug yang Mengancam Internet


10.19 | 0 komentar | Read More

Cerita Martha Tilaar Tentang 'The Power of Jamu'  

Written By Unknown on Minggu, 13 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Surabaya - Pengusaha kosmetik dan jamu nasional, Martha Tilaar menceritakan pengalaman pribadinya tetang penggunaan jamu. Menurut dia, ramuan jamu telah mengubah kualitas hidup dan keluarganya. "Saya bisa melahirkan karena minum jamu tradisional," ujar Martha Tilaar di acara International Symposium Traditional Complimentary and Alternative Medicine di Hotel Shangri-La Surabaya, Sabtu 12 April 2014.

Martha Tilaar mengisahkan, saat memasuki usia 40 tahun, dia mengaku belum juga dikaruniai keturunan. Tak patah semangat, Martha bersama suami, H.A.R Tilaar, mencoba peruntungan dengan berobat ke tiga negara yakni, Belanda, Turki dan Amerika Serikat. Hasilnya, semua ahli kandungan di negara-negara itu momvonis Martha Tilaar tidak akan pernah punya keturunan. Dokter ahli kandungan di Indonesia juga menilai Martha Tilaar mandul.

Namun, atas saran eyangnya sekaligus ahli jamu tradisional, Martha Tilaar menjalani terapi herbal dipadu minuman jamu selam tiga tahun. Hasilnya tokcer, ramuan jamu tradisional itu membalikkan fakta empiris kedokteran. "Dengan sabar, saya dipijitin menggunakan ramuan jawa oleh eyang saya. Kata eyang, ini adalah the power of jamu," kata Martha.

Berkat kesabaran dan ketekunan, Martha merasakan kedahsyatan jamu dan berhasil mengandung anak pertama saat usia menginjak 45 tahun. Usia yang dianggap beresiko bagi wanita hamil. "Anak-anak saya semua lulus kuliah dengan prestasi. Saya sendiri sekarang usia 77 tahun, tidak ada masalah. Eyang saya, meninggal di usia 107 tahun," ujarnya.

Karena merasakan dampak positif langsung ramuan jamu tradisional, Martha Tilaar mendorong jamu dan pengobatan tradisional lainnya dimasukkan pada pelayanan kesehatan di masyarakat.

Ia melihat, saat ini masyarakat cenderung memilih pengobatan herbal ketimbang obat bahan kimia. Alasannya, obat-obat herbal tidak tercampur bahan kimia yang sebetulnya juga berbahaya bagi kesehatan tubuh. "Konsumen sekarang pintar-pintar. Kalau disuruh pilih antara chemical atau natural, pasti pilih pengobatan natural," kata dia.

DIANANTA P. SUMEDI

Topik terhangat:
Pemilu 2014 | MH370 | Pesawat Kepresidenan | Jokowi | Prabowo

Berita terpopuler:
Punya Pesawat Mirip RI, Presiden Ini Terjungkal
Siapa Dua Pilot Pesawat Baru Kepresidenan RI? 
Jokowi: Saya Datang IHSG Naik


10.19 | 0 komentar | Read More

Pendidikan Seks Usia Dini Baik Bagi Semua Anak

Sejumlah anak memasang prakarya pada tembok penampungan sementara milik yayasan Bahtera yang menyediakan pendidikan non-formal untuk mencegah anak-anak menjadi korban eksploitasi seks di Bandung, Jawa Barat (29/8). Yayasan ini bertujuan agar kasus kekerasan seksual tidak terjadi lagi. (AP Photo/Dita Alangkara)

TEMPO.CO , Bandung: "End the taboo and lets talk about it," ini merupakan slogan film Mother: Caring for 7 Billion yang menjadi bahan diskusi International Film Screening 2014, yang digelar di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Film ini disutradarai  Christopher Fauchre dan memperolah penghargaan.

Film yang diputar menyambut Hari Bumi 22 April tersebut mengisahkan tentang perempuan dan lingkungan sosialnya. Dalam film itu dikisahkan bagaimana pendidikan sangat berpengaruh bagi perempuan terutama pemahaman tentang seks.
"Pendidikan seks sejak dini baik untuk anak perempuan maupun laki-laki," kata Elisabeth Dewi, dosen FISIP Universitas Katolik dalam diskusi yang diadakan Sabtu, 12 April 2014.

Menurut Elisabeth, pendidikan bagi perempuan sangat penting agar mereka dapat menghargai diri sendiri.  Dia menyadari masyarakat Indonesia masih malu-malu soal pendidikan seks pranikah dan menyebutnya pamali. Ibu dua anak tersebut berpandangan justru anak-anak dan remaja perlu tahu konsekuensi dari hubungan seks agar mereka memiliki tanggung jawab pada dirinya sendiri.

Dia berpesan untuk jangan menakut-nakuti anak karena semakin kita larang, anak semakin penasaran.  "Lebih baik kita berikan pemahaman yang wajar sesuai usianya,"  katanya.  Kurangnya pemahaman tentang seks yang aman dapat mengakibatkan peningkatan kehamilan di luar pernikahan.

Padahal penggunaan kondom dan semacamnya sangat penting untuk menekan angka kehamilan dan penularan HIV AIDS. Menurutnya, anak muda yang aktif secara seksual seharusnya jangan malu untuk membeli dan memakai alat pengaman.

Ami, guru salah satu taman kanak-kanak di Bandung pernah mendapat laporan seorang ibu yang punya anak perempuan berusia lima tahun. "Dia kaget karena balitanya menyebut kelaminnya sebagai vagina," katanya.  

Menurut Ami, anak usia dini perlu tahu fungsi biologis dari organ vitalnya agar terhindar dari tindakan yang tak senonoh.  Lambat laun orangtua pasti mengerti, katanya,  meskipun awalnya agak risih.

FATHIMAH SALMA ZAHIRAH


10.19 | 0 komentar | Read More

Lima Gambar pada Label Peringatan Bergambar Rokok  

Written By Unknown on Sabtu, 12 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 24 Juni 2014, bungkus rokok di Indonesia akan diberi label peringatan bergambar berisi lima gambar pilihan masyarakat yang diadopsi dari UU Kesehatan 36/2009, ditetapkan dengan PP 109/2012 dan dijabarkan dalam Permenkes 28/2013.

Menurut Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI dan jaringannya akan mengawasi pelaksanaan PP Rokok yang berlaku bagi produsen ataupun importir produk tembakau untuk pencantuman peringatan bergambar.

"Peringatan bergambar menjadi pesan kuat dibanding pesan teks, untuk meyakinkan masyarakat akan dampak merokok atau paparan asap rokok," kata dia.

Selain itu, peraturan pemerintah mewajibkan produsen atau importir rokok mencantumkan tulisan berupa larangan menjual dan memberikan rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun serta perempuan hamil.

Kemasan wajib mencantumkan teks berisi keterangan bahwa rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia berbahaya serta lebih dari 43 zat penyebab kanker. Yang beredar di papan-papan iklan sekarang ini memperlihatkan pria merokok dengan kepulan asap dan gambar tengkorak di sekelilingnya. "Ini kecolongan dalam regulasi dan kesalahan pada pasal tentang peringatan kesehatan bergambar," kata Tulus. (Baca: Pesan Bergambar pada Bungkus Rokok, Mulai 24 Juni 2014)

Harusnya lima gambar itu tampil bergiliran pada iklan. Namun, dalam pasal itu tidak ada kata-kata bergiliran. Nantinya hal itu akan direvisi dalam peraturan Menteri Kesehatan.

Untuk label peringatan rokok, di Kanada, setelah diperkenalkan label peringatan bergambar pada 2000, 91 persen perokok disurvei mengatakan mereka telah membaca peringatan dan mampu memperlihatkan pengetahuan mendalam tentang subyek yang dicakup peringatan (Hammond D, Fong GT, McDonald PW, Cameron R, dan Brown KS dalam Impact on the Graphic Canadian Warning Labels on Adult Smoking Behaviour, Tobacco Control 2003)

Diketahui pula, setelah Brasil memperkenalkan peringatan bergambar pada 2002, 73 persen perokok mengatakan setuju atas peringatan tersebut, 54 persen mengatakan pendapat mereka tentang dampak kesehatan akibat merokok telah berubah dan 67 persen mengatakan peringatan baru membuat mereka ingin berhenti merokok. Hal ini tertuang dalam presentasi dari EU Commission on Enforcement of Health Warnings di Brasil.

Menyusul diperkenalkannya label peringatan kesehatan grafis di Australia, pada 2006, perokok kawakan dan remaja eksperimental punya kemungkinan lebih besar berpikir untuk berhenti merokok dan keinginan merokok lebih rendah di kalangan pelajar yang membahas label peringatan baru.

EVIETA FADJAR

Berita Terpopuler
Kacang Polong Turunkan Kadar Kolesterol Jahat 
Remaja Asia Jago Pecahkan Masalah 
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits 
Annisa Pohan Peragakan Batik Bersama Putrinya, Aira


10.19 | 0 komentar | Read More

Menu Sehat dalam Empat Pembagian Makanan

TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas saat ini menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi obesitas meningkat, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007, prevalensi nasional obesitas untuk dewasa, pada perempuan dan laki-laki masing-masing sebesar 23,8 persen dan 13,9 persen.

Prevalensi tersebut meningkat pada Riskesdas tahun 2010 dan lebih meningkat lagi pada Riskesdas tahun 2013, yakni prevalensi perempuan obesitas dari 26,9 persen meningkat menjadi 32,9 persen, dan pada laki-laki dari 16,3 persen meningkat menjadi 19,7 persen.

Obesitas menjadi penyakit berhubungan erat dengan risiko beberapa penyakit degeratif seperti penyakit jantung koroner, stroke, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dislipidemia (kelainan lemak darah), kanker, dan lainnya. (Baca: Kacang Polong Turunkan Kadar Kolesterol Jahat )

Salah satu cara untuk mengatasi masalah kegemukan dan obesitas ini dengan menerapkan pola makan sehat, yaitu mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Dr dr Inge Permadhi MS SpGK-dokter spesialis gizi klinik, makanan yang dikonsumsi harus mengandung semua zat gizi yag diperlukan tubuh secara seimbang.

"Dengan jumlah porsi sesuai tumpengan gizi (pada Angka Kecukupan Gizi 2013). Kita juga perlu memilih bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi dan diolah secara sehat. Selain itu, kita perlu makan sesuai jadwal makan sehari-hari," kata Inge.

Healthy portion diet merupakan cara mudah untuk menentukan perbandingan zat gizi karbohidrat, protein, dan lemak dalam menu makanan kita sehari-hari yang diterjemahkan dengan menggunakan piring yang dibagi menjadi empat bagian.

Inge mengatakan pembagiannya, seperempat piring untuk karbohidrat dari makanan pokok, seperempat piring untuk protein nabati dan hewani atau lemak yang terkandung di dalamnya, "Dan setengah piring untuk bahan makanan sumber serat yaitu sayur dan buah," katanya.

EVIETA FADJAR

Berita Terpopuler

Kacang Polong Turunkan Kadar Kolesterol Jahat 
Keseringan Selfie, Citra tentang Tubuh Bisa Negatif
Remaja Asia Jago Pecahkan Masalah 
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits


10.19 | 0 komentar | Read More

Pengidap Insomnia Lebih Rentan Kena Stroke  

Written By Unknown on Jumat, 11 April 2014 | 10.19

Beau, balita berumur dua tahun saat tidur siang bersama anak anjing bernama Theo yang berusia 8 minggu. Pasangan ini menjadi terkenal di Instagram karena kekompakan mereka saat tidur. Instagram.com/Momma's Gone City

TEMPO.CO, Chia Nan - Penderita insomnia lebih mungkin berisiko mengalami stroke, menurut studi terbaru. Berdasarkan studi tersebut, partisipan studi yang menderita insomnia berisiko 54 persen lebih tinggi mengalami stroke dibanding mereka yang tidak didiagnosis mengalami gangguan tidur.

Studi ini juga menemukan bahwa pada pengidap insomnia berusia 18-34 tahun berisiko terkena stroke delapan kali lebih tinggi dibanding orang yang berusia lebih dari 34 tahun. "Hasil kami mendukung temuan sebelumnya, mengenai hubungan antara insomnia dan berbagai risiko kesehatan, " kata  Ya-Wen Hsu, asisten profesor di Chia Nan University of Pharmacy and Science di Taiwan, seperti dilansir LiveScience.

Hsu mengatakan, meskipun insomnia adalah keluhan tidur yang paling umum, orang dengan insomnia harus diobati sejak  dini untuk mencegah kondisi lain. Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti studi mempelajari sekitar  21.438 orang dengan insomnia dan 64.314 orang sehat selama empat tahun.

Para peneliti tidak memahami bagaimana atau mengapa insomnia dapat berhubungan dengan peningkatan risiko stroke. Namun mereka berspekulasi gangguan tidur dapat menyebabkan peradangan, meningkatkan tekanan darah, dan deregulasi metabolisme sehingga mempengaruhi kesehatan jantung.

ANT | ALIA

Berita Terpopuler:
Buah dan Sayuran Berwarna Cegah Penyakit Payudara 
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits 
Annisa Pohan Peragakan Batik Bersama Putrinya, Aira
Parade Model Cilik, Rayakan Hari Autis Sedunia
Eksim Pada Anak Bertahan Hingga Dewasa

 


10.19 | 0 komentar | Read More

Kacang Polong Turunkan Kadar Kolesterol Jahat  

TEMPO.CO, New York - Mengkonsumsi kacang yang dimasak ternyata bisa menurunkan kadar kolesterol jahat. Demikian diungkapkan sebuah penelitian terbaru di Kanada. "Kami menemukan penurunan 5 persen kolesterol jahat saat mengkonsumsi satu porsi kacang polong per hari selama enam minggu," ujar penulis hasil riset, Vanessa Ha, koordinator peneliti di Clinical Nutrition and Risk Factor Modification Centre di St Michael Hospital, Toronto.

Satu porsi setara dengan tiga perempat cangkir berisi kacang polong yang dimasak. "Saat kami membandingkan kacang-kacangan, chickpeas, lentil, dan kacang polong, kami menemukan tidak ada perbedaan dalam efek penurunan kolesterol jahat," kata Ha seperti dikutip situs LiveScience edisi 7 April 2014.

Para ilmuwan mengevaluasi data yang dikumpulkan dari 26 percobaan klinis yang melibatkan 1.037 pria dan wanita berusia pertengahan. Sebagian dari percobaan tersebut melibatkan orang dewasa sehat, sementara yang lainnya melibatkan partisipan yang berisiko moderat mengalami penyakit jantung. Hasil riset ini dipublikasikan online dalam Canadian Medical Association Journal edisi 7 April 2014.

Dari hasil riset ditemukan bahwa orang yang mengkonsumsi satu porsi kacang polong per hari mengalami penurunan kadar kolesterol jahat (LDL) rata-rata sebesar 0,17 poin dalam waktu enam minggu. Kacang polong tidak memberikan dampak apa pun pada apolipoprotein B dan kolesterol non-HDL--keduanya merupakan faktor lain yang ada hubungannya dengan penyakit jantung. Namun para ilmuwan mencatat bahwa lebih sedikit studi yang mengkaji kedua faktor tersebut.

Hasil riset juga menunjukkan bahwa konsumsi kacang-kacangan lebih bermanfaat pada pria dalam penurunan level kolesterol LDL ketimbang pada wanita. Hal ini disebabkan kemungkinan pria mempunyai level kolesterol yang lebih tinggi atau kurang asupan gizi sehingga merespons makanan bergizi lainnya dengan lebih baik.

Dikatakan para ilmuwan, mengkonsumsi kacang per hari bisa memperbaiki kadar kolesterol dengan dua cara. Pertama, mengganti makanan lain yang selama ini dinilai kurang sehat untuk kesehatan jantung, seperti lemak tak jenuh, daging merah dan keju, atau makanan kaya glikemik seperti beras putih dan roti merah. Cara kedua, kacang-kacangan sebagai sumber serat, protein tanaman, vitamin, dan mineral mempunyai peran penting dalam penurunan penyakit kardiovaskuler.

Meski demikian, kacang polong bukanlah satu-satunya makanan yang bisa menurunkan kolesterol. Penelitian lain menunjukkan bahwa mengkonsumsi banyak oats bisa menurunkan LDL masing-masing hingga 5 persen. "Manfaat dari makanan yang meningkatkan kesehatan jantung saat waktu makan bisa meningkat dibandingkan dengan penurunan LDL yang terlihat pada beberapa jenis obat-obatan statin," kata Ha.

LIVE SCIENCE | ARBAIYAH SATRIANI

Berita Lain:
Dhani Jagokan Jokowi atau Prabowo Jadi Presiden
Terpopuler MTV, Agnez Mo Saingi Miley Cyrus
Jika Dhani Ketua PKB, Ia Akan Sebar Foto Tokoh


10.19 | 0 komentar | Read More

Terlalu Lama di Depan Layar Pengaruhi Tulang

Written By Unknown on Kamis, 10 April 2014 | 10.19

Tyson Navarro, sedang asing memainkan game yang membangun sebuah kode menggunakan iPad di Toko Apple, Stanford, California (11/12). Apple berpartisipasi dalam ilmu komputer bersama dengan code.org untuk mengajar anak-anak dasar-dasar coding. AP/Marcio Jose Sanchez

TEMPO.CO, New York - Menghabiskan waktu terlalu banyak duduk di depan layar untuk pria remaja ternyata berhubungan dengan buruknya kesehatan. Demikian diungkapkan hasil penelitian terbaru di Norwegia.

Riset ini melibatkan 484 remaja pria dan 463 remaja wanita berusia 15-18 tahun. Mereka dites kepadatan mineral pada tulang. Mereka ditanya mengenai kebiasaan dan gaya hidup, termasuk lamanya waktu yang digunakan untuk menonton televisi atau bermain komputer pada akhir pekan, serta level aktivitas fisik mereka.

Para ilmuwan menemukan bahwa kegiatan di depan layar para remaja lelaki lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan. Semakin lama mereka berada di depan layar, semakin rendah kepadatan mineral tulang di seluruh tubuh mereka. Namun remaja putri yang menghabiskan waktu 4-6 jam di depan layar mempunyai kepadatan mineral yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang menghabiskan waktu kurang dari 1,5 jam di depan layar per hari.

Studi ini dipresentasikan di "World Congress on Osteoporosis, Osteoarthritis, and Musculoskeletal Diseases" di Seville, Spanyol, dan dipublikasikan dalam Osteoporosis International edisi April 2014. "Kepadatan mineral tulang merupakan faktor pemrediksi risiko terjadinya patah tulang pada masa depan. Temuan kami pada remaja putri cukup mengejutkan dan membutuhkan penelitian lebih lanjut," kata ketua peneliti Dr Anne Winther dari Arctic University of Norway di Tromso, seperti dikutip situs Health Day edisi 4 April 2014.

"Sebaliknya, temuan untuk remaja lelaki sangat jelas menunjukkan bahwa gaya hidup tidak aktif selama masa remaja bisa berdampak pada kepadatan mineral tulang," kata Dr Winther. "Hal ini bisa berdampak negatif dalam hal osteoporosis dan risiko patah tulang pada kemudian hari."

Kerangka tumbuh dari saat dilahirkan hingga akhir masa remaja. Tulang-tulang mencapai pertumbuhan maksimal kekuatan dan ukurannya pada awal masa dewasa. Aktivitas fisik dan nutrisi yang baik merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tulang. Karena itu, saat ini ada perhatian lebih terhadap pertumbuhan tulang sebagai dampak dari gaya hidup tidak aktif pada kalangan muda.

Sekitar satu di antara lima pria yang berusia di atas 50 tahun akan menderita patah tulang akibat osteoporosis. Namun level kepedulian terhadap risiko osteoporosis dan kesehatan tulang pada pria sangatlah rendah. Demikian diungkapkan dalam kongres tersebut.

HEALTH DAY | ARBAIYAH SATRIANI

Berita Lain:
Kata Agnez Mo Soal Insiden Nip Slip
Curhat Deddy Corbuzier ke Agnez Mo Soal Pacar Lama 
Apa Tantangan Terbesar dalam Hidup Agnez Mo? 
Agnes Monica Pilih Deddy Corbuzier daripada Daniel 
Sekuel Ketiga Captain America Meluncur Tahun Depan  


10.19 | 0 komentar | Read More

Remaja Asia Jago Pecahkan Masalah  

Sejumlah remaja berpose saat berfoto bersama dalam acara Selfie Run di anjungan Pantai Losari, Makassar, (09/3). TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengungkapkan bila remaja di Asia lebih mampu memecahkan masalah ketimbang anak-anak Eropa atau Amerika. Dalam survei tahun 2012, OECD meneliti 85 ribu anak-anak berusia 15 tahun di 44 negara.

Para peneliti memberikan soal kepada anak-anak yang harus dipecahkan. Selain itu, mereka menguji kemampuan logika responden. Juga, mengeksplorasi keterbatasan serta hambatan pemahaman informasi yang diterima responden.

"Anak-anak Singapura, Jepang, Cina, dan Korea menempati posisi pertama dalam persoalan perekonomian," tulis CNN, 1 April 2014. "Sementara anak Amerika Serikat hanya mencetak di atas rata-rata, Israel dan Rusia berada di skor rendah."

OECD mengatakan, kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks adalah kunci keberhasilan ekonomi di masa depan. "Bila di masa remaja mereka sulit memecahkan persoalan, maka di masa dewasa mereka akan mengalami kesulitan," kata Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD.

Permasalahan dalam tes itu dirancang seperti hal yang dihadapi orang dewasa dalam pekerjaannya. Seperti menggunakan ponsel yang tidak biasa atau mesin penjualan tiket. Dalam laporan, satu dari 10 pekerja menghadapi kesulitan setiap hari.

CNN | CORNILA DESYANA


Berita Terpopuler

Pesan Bergambar Pada Bungkus Rokok, Mulai 24 Juni 2014
Nutrisi Seimbang untuk Penanganan Diabetes 
Terlalu Lama di Depan Layar Pengaruhi Tulang
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits


10.19 | 0 komentar | Read More

Pesan Bergambar Pada Bungkus Rokok, Mulai 24 Juni 2014

Written By Unknown on Rabu, 09 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Jakarta - Batas waktu penerapan peringatan bahaya merokok disertai gambar-gambar akibat merokok pada bungkusnya, memiliki tenggat pada 24 Juni 2014 mendatang.

Ini bagian dari PP tembakau no 109 tahun 2012 yang pada 2014 direalisasikan untuk seluruh rokok beredar di Indonesia. Yakni, menyertakan peringatan bergambar tentang bahaya rokok.

Menurut Tulus Abadi, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, waktu atau tanggal penerapan peringatan bahasa merokok harus dilaksanakan secara definitif.

Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan dan Permenkes No 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.

"Ini sudah disepakati oleh industri rokok. Sudah diberikan toleransi selama 1 hingga 1,5 tahun," kata Tulus kepada Tempo, Selasa 8 April 2014. Menurutnya, industri rokok itu sudah mematuhi membuat kemasan dengan pesan bergambar untuk rokok yang diekspor ke negara-negara Asean dan luar negeri.

Sebagian besar negara sudah mempunyai tanda gambar ini. Dan rokok dari Indonesia yang dijual di luar negeri pun sudah ada berisi tanda gambar tersebut. Hanya saja, di Indonesia belum diterapkan.

Beberapa negara di Asia memberlakukan aturan yang lebih ketat yakni, pemerintah Singapura memberi tenggat waktu lima bulan dengan prosentase gambar 50 persen, Thailand memberi tenggat waktu enam bulan dengan prosentase gambar 55 persen, Srilanka memberi tenggat waktu tiga bulan dengan prosentase gambar 80 persen, Malaysia memberi tenggat waktu sembilan bulan dengan prosentase gambar 60 persen.

Menurut dr Widyastuti Soerojo, MSc selaku Pack Coordinator, Southeast Asia Initiavite on Tobacco Tax (SITT) Indonesia, kementrian kesehatan menyiapkan lima gambar peringatan untuk dipasang di bungkus rokok.

Jenis peringatan kesehatan terdiri dari jenis gambar sebagai berikut, gambar kanker mulut, gambar perokok dengan asap yang membentuk tengkorak, gambar kanker tenggorokan, gambar orang merokok dengan anak di dekatnya dan gambar paru-paru menghitam karena kanker. Dengan melihat gambar ini, diharapkan perokok takut dan bisa menekan jumlah perokok di Indonesia yang makin hari semakin meningkat.

Widyastuti mengatakan, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan disebutkan, mulai tahun 2014 seluruh rokok yang beredar di Indonesia harus menyertakan peringatan bahaya rokok, disertai gambar menyeramkan dari akibat merokok pada bungkusnya.

Sayangnya, hingga kini peringatan tersebut belum terlaksana. "Batas waktunya sampai pada 24 Juni 2014,"katanya. Peringatan ini mengharuskan setiap kemasan rokok memasang gambar bahaya merokok sebesar 40 persen dari keseluruhan kemasan.

Namun sampai saat ini aturan itu masih mendapatkan pertentangan dari kalangan industri rokok. Sebab diperkirakan akan mengurangi penjualan dan mengurangi pendapatan negara yang diambil dari cukai rokok.

Setiap industri rokok yang tidak mematuhi peraturan tersebut hingga tenggat waktu 24 Juni 2014 akan dikenakan sanksi secara bertahap. Mulai dari peringatan, pencabutan izin sementara dan pencabutan izin selamanya.(Baca : Bungkus Rokok Wajib Ditempeli Peringatan Bergambar )

Apabila ada perusahaan yang melanggar peraturan tersebut maka akan diberikan sanksi bertahap, yang pertama berupa peringatan, yang kedua pencabutan izin sementara, dan terakhir adalah pencabutan izin selamanya.

Tindakan atau sanksi sesuai peraturan berlaku akan diberikan oleh Badan POM. Menurut Widyastuti, bila Indonesia tidak mematuhi, betapa malunya Indonesia," Yang dijajah oleh industri rokok," katanya.

Menurut Tulus, tidak ada alasan bagi industri rokok untuk merasa tidak bisa atau tidak siap. "Bila aturan ini lewat dari tenggatnya maka pemerintah harus menindak tegas," katanya.

EVIETA FADJAR

Berita Terpopuler
Flu Singapura Merebak di Cilegon 
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits 
Annisa Pohan Peragakan Batik Bersama Putrinya, Aira
Parade Model Cilik, Rayakan Hari Autis Sedunia


10.19 | 0 komentar | Read More

Terlalu Lama di Depan Layar Pengaruhi Tulang

Tyson Navarro, sedang asing memainkan game yang membangun sebuah kode menggunakan iPad di Toko Apple, Stanford, California (11/12). Apple berpartisipasi dalam ilmu komputer bersama dengan code.org untuk mengajar anak-anak dasar-dasar coding. AP/Marcio Jose Sanchez

TEMPO.CO, New York - Menghabiskan waktu terlalu banyak duduk di depan layar untuk pria remaja ternyata berhubungan dengan buruknya kesehatan. Demikian diungkapkan hasil penelitian terbaru di Norwegia.

Riset ini melibatkan 484 remaja pria dan 463 remaja wanita berusia 15-18 tahun. Mereka dites kepadatan mineral pada tulang. Mereka ditanya mengenai kebiasaan dan gaya hidup, termasuk lamanya waktu yang digunakan untuk menonton televisi atau bermain komputer pada akhir pekan, serta level aktivitas fisik mereka.

Para ilmuwan menemukan bahwa kegiatan di depan layar para remaja lelaki lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan. Semakin lama mereka berada di depan layar, semakin rendah kepadatan mineral tulang di seluruh tubuh mereka. Namun remaja putri yang menghabiskan waktu 4-6 jam di depan layar mempunyai kepadatan mineral yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang menghabiskan waktu kurang dari 1,5 jam di depan layar per hari.

Studi ini dipresentasikan di "World Congress on Osteoporosis, Osteoarthritis, and Musculoskeletal Diseases" di Seville, Spanyol, dan dipublikasikan dalam Osteoporosis International edisi April 2014. "Kepadatan mineral tulang merupakan faktor pemrediksi risiko terjadinya patah tulang pada masa depan. Temuan kami pada remaja putri cukup mengejutkan dan membutuhkan penelitian lebih lanjut," kata ketua peneliti Dr Anne Winther dari Arctic University of Norway di Tromso, seperti dikutip situs Health Day edisi 4 April 2014.

"Sebaliknya, temuan untuk remaja lelaki sangat jelas menunjukkan bahwa gaya hidup tidak aktif selama masa remaja bisa berdampak pada kepadatan mineral tulang," kata Dr Winther. "Hal ini bisa berdampak negatif dalam hal osteoporosis dan risiko patah tulang pada kemudian hari."

Kerangka tumbuh dari saat dilahirkan hingga akhir masa remaja. Tulang-tulang mencapai pertumbuhan maksimal kekuatan dan ukurannya pada awal masa dewasa. Aktivitas fisik dan nutrisi yang baik merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tulang. Karena itu, saat ini ada perhatian lebih terhadap pertumbuhan tulang sebagai dampak dari gaya hidup tidak aktif pada kalangan muda.

Sekitar satu di antara lima pria yang berusia di atas 50 tahun akan menderita patah tulang akibat osteoporosis. Namun level kepedulian terhadap risiko osteoporosis dan kesehatan tulang pada pria sangatlah rendah. Demikian diungkapkan dalam kongres tersebut.

HEALTH DAY | ARBAIYAH SATRIANI

Berita Lain:
Kata Agnez Mo Soal Insiden Nip Slip
Curhat Deddy Corbuzier ke Agnez Mo Soal Pacar Lama 
Apa Tantangan Terbesar dalam Hidup Agnez Mo? 
Agnes Monica Pilih Deddy Corbuzier daripada Daniel 
Sekuel Ketiga Captain America Meluncur Tahun Depan  


10.19 | 0 komentar | Read More

Flu Singapura Merebak di Cilegon  

Written By Unknown on Selasa, 08 April 2014 | 10.19

TEMPO.CO, Cilegon - Belasan warga Cigading, Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Banten diduga terjangkit virus flu Singapura. Penyakit tersebut kebanyakan menyerang anak-anak. Penyakit ini menyerang beberapa bagian tubuh seperti kaki, tangan dan mulut. Pada ketiga bagian tubuh itu terdapat bintik-bintik merah. Warga mengaku panik, karena sebelumnya penyakit semacam itu tak pernah ada.

Mujibullah, 33 tahun, warga Lingkungan Cigading, Cilegon mengatakan, putri ketiganya Safira Nabil, 1 tahun, terjangkit penyakit tersebut sejak tiga bulan lalu. Menurut Mujib, putrinya mengalami gelaja pilek dan gatal-gatal. Tak lama berselang, pada bagian kulit timbul bintik-bintik merah. Bintik-bintik itu kebanyakan terdapat pada bagian mulut, kaki dan tangan. "Saya langsung rujuk berobat. Kata bidan terkena penyakit flu Singapura," kata Mujib.

Mujib tak tahu penyakit yang mengidap pada tubuh putrinya itu. Dia merasa khawatir penyakit yang diderita putrinya itu juga dapat menular pada warga lain. "Saya tak tahu persis penyakit flu Singapura. Soalnya baru dengar kali ini. Yang saya tahu flu itu biasa saja, tapi ini kok ada bintik-bintik merah pada kaki, mulut dan tangan," katanya.

Warga lainnya, Tahyudin, menjelaskan, putranya Gusmadani, 2 tahun, juga menderita penyakit Flu Singapura. Dia mengaku tak menyangka putranya terserang penyakit tersebut. Dia baru mengetahui penyakit yang menjangkit anaknya setelah melihat adanya gejala-gejala bintik-bintik merah pada beberapa bagian tubuh. "Kata dokter, anak saya juga terserang penyakit flu Singapura. Gejalanya sama, bintik-bintik merah di kaki, tangan dan mulut disertai pilek dan panas tinggi," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon Arriadna mengatakan pihaknya belum mengetahui ada warga yang terserang penyakit mirip flu Singapura. Ia menyatakan akan menyelidiki penyakit tersebut. "Nanti petugas kesehatan kami akan saya minta datangi rumah warga yang terserang penyakit itu," katanya.

Menurut Arriadna, penyakit yang dalam ilmu medis dikenal dengan nama hand, foot, and mouth disease (HFMD) ini mirip dengan influenza biasa. Flu Singapura ditandai dengan munculnya sariawan dalam jumlah lebih dari satu titik di dalam mulut, demam sedang, sulit bernapas, serta bintik-bintik berisi cairan pada tangan dan kaki.

Menurut dia, penyakit yang disebabkan oleh virus RNA (ribonucleic acid) dan menyebar lewat udara serta kontak langsung itu sempat menyerang Kota Cilegon pada 2010 lalu. Ia mengimbau agar masyarakat tak perlu mengkhawatirkan serangan penyakit itu. "Untuk anak, yang terpenting jaga asupan makanan anak. Beri porsi istirahat yang banyak agar membantu daya tahan tubuh anak melawan virus," ujarya.

WASI'UL ULUM

Berita lainnya:
Kiai Maman, Caleg Pembela Ahmadiyah 
Cara Atasi Gugup Bicara di Depan Umum 
Caleg Binny Bintarti Bersaing dengan Ibas SBY


10.19 | 0 komentar | Read More

Flu Singapura Merebak di Cilegon  

TEMPO.CO, Cilegon - Belasan warga Cigading, Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Banten diduga terjangkit virus flu Singapura. Penyakit tersebut kebanyakan menyerang anak-anak. Penyakit ini menyerang beberapa bagian tubuh seperti kaki, tangan dan mulut. Pada ketiga bagian tubuh itu terdapat bintik-bintik merah. Warga mengaku panik, karena sebelumnya penyakit semacam itu tak pernah ada.

Mujibullah, 33 tahun, warga Lingkungan Cigading, Cilegon mengatakan, putri ketiganya Safira Nabil, 1 tahun, terjangkit penyakit tersebut sejak tiga bulan lalu. Menurut Mujib, putrinya mengalami gelaja pilek dan gatal-gatal. Tak lama berselang, pada bagian kulit timbul bintik-bintik merah. Bintik-bintik itu kebanyakan terdapat pada bagian mulut, kaki dan tangan. "Saya langsung rujuk berobat. Kata bidan terkena penyakit flu Singapura," kata Mujib.

Mujib tak tahu penyakit yang mengidap pada tubuh putrinya itu. Dia merasa khawatir penyakit yang diderita putrinya itu juga dapat menular pada warga lain. "Saya tak tahu persis penyakit flu Singapura. Soalnya baru dengar kali ini. Yang saya tahu flu itu biasa saja, tapi ini kok ada bintik-bintik merah pada kaki, mulut dan tangan," katanya.

Warga lainnya, Tahyudin, menjelaskan, putranya Gusmadani, 2 tahun, juga menderita penyakit Flu Singapura. Dia mengaku tak menyangka putranya terserang penyakit tersebut. Dia baru mengetahui penyakit yang menjangkit anaknya setelah melihat adanya gejala-gejala bintik-bintik merah pada beberapa bagian tubuh. "Kata dokter, anak saya juga terserang penyakit flu Singapura. Gejalanya sama, bintik-bintik merah di kaki, tangan dan mulut disertai pilek dan panas tinggi," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon Arriadna mengatakan pihaknya belum mengetahui ada warga yang terserang penyakit mirip flu Singapura. Ia menyatakan akan menyelidiki penyakit tersebut. "Nanti petugas kesehatan kami akan saya minta datangi rumah warga yang terserang penyakit itu," katanya.

Menurut Arriadna, penyakit yang dalam ilmu medis dikenal dengan nama hand, foot, and mouth disease (HFMD) ini mirip dengan influenza biasa. Flu Singapura ditandai dengan munculnya sariawan dalam jumlah lebih dari satu titik di dalam mulut, demam sedang, sulit bernapas, serta bintik-bintik berisi cairan pada tangan dan kaki.

Menurut dia, penyakit yang disebabkan oleh virus RNA (ribonucleic acid) dan menyebar lewat udara serta kontak langsung itu sempat menyerang Kota Cilegon pada 2010 lalu. Ia mengimbau agar masyarakat tak perlu mengkhawatirkan serangan penyakit itu. "Untuk anak, yang terpenting jaga asupan makanan anak. Beri porsi istirahat yang banyak agar membantu daya tahan tubuh anak melawan virus," ujarya.

WASI'UL ULUM

Berita lainnya:
Kiai Maman, Caleg Pembela Ahmadiyah 
Cara Atasi Gugup Bicara di Depan Umum 
Caleg Binny Bintarti Bersaing dengan Ibas SBY


10.19 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger