Ketika Balita Bicara Alat Kelaminnya  

Written By Unknown on Sabtu, 21 September 2013 | 10.19

TEMPO.CO, Jakarta - Acara kumpul keluarga besar Lebaran lalu di Klaten, Jawa Tengah, menjadi momen Muhammad Dzaky Widhi Nugroho mengenal organ seksual yang berbeda dengan miliknya. Bocah berusia 3 tahun 8 bulan yang dipanggil Dzaky ini heran ketika mengamati sepupu perempuannya yang masih bayi saat berganti popok. "Kok, adik bayi itu enggak punya titit?" kata Adhy Budi Nugroho menirukan pertanyaan Dzaky, putranya.

Pria 30 tahun ini lantas menjelaskan kepada Dzaky bahwa jenis kelamin sepupunya itu adalah perempuan. "Terus dia menyimpulkan sendiri, kalau cewek, enggak punya titit, ya?" kata karyawan swasta di perusahaan telekomunikasi ini. Selama ini Dzaky sudah memahami konsep gender. Akan tetapi, Adhy menjelaskan, hanya sebatas penampakan luar. Dari baju atau rambut rekan sebayanya. "Dia tahu itu cewek dan cowok. Dan juga dia mengerti cewek cantik karena saya sering ngomong bundanya cantik," kata Adhy tertawa.

Memiliki dua anak lelaki membuat Adhy bersiap untuk mengatur kapan memberikan pendidikan seks. Dzaky dan adiknya, Muhammad Danish Widhu Nugroho, 1 tahun, juga sudah dikhitan karena alasan kesehatan. "Rencananya, kalau sudah balig, saya mau jelaskan semuanya," kata dia. Termasuk bagaimana mengendalikan dan menjaga alat kelamin mereka.

Menurut psikolog anak Rosdiana Setyaningrum, bagi anak yang terpenting dalam pendidikan seks adalah menghargai dirinya sendiri, menghargai gendernya. Semua itu diperoleh dari dalam rumah, asuhan orang tuanya. Ibu dua putri yang akrab dipanggil Diana ini mengatakan mengenalkan pendidikan seks sebaiknya sedini mungkin. Tentu dengan tahapan.

Langkah pertama, Diana menjelaskan, bisa dengan memuji, untuk anak lelaki parasnya rupawan dan bocah perempuan wajahnya jelita. Beranjak besar sedikit, antara usia 9 bulan-1 tahun, mulailah perkenalan perbedaan jenis kelamin. Ada manusia berjenis perempuan dan laki-laki.

Baru di usia 1,5 tahun, ketika anak belajar menggunakan peturasan (toilet), pemahaman lebih kompleks tentang alat kelamin dijelaskan, khususnya untuk fungsi fisiologis tubuh. Sekaligus menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan tubuh ketika buang hajat besar dan kecil.

Pengenalan nama jenis kelamin, Diana mengingatkan, "Harus dengan nama sebenarnya, ya." Pemilihan nama semu untuk penis atau vagina sebaiknya dihindari. Sebab, dengan nama asli, justru anak mulai menghargai apa yang dimilikinya. Alat kelamin mereka itu bukan hal yang tabu atau kotor, tapi harus dijaga dan dikendalikan.

Dalam masa tatur (toilet training), anak diingatkan tentang siapa saja yang boleh memegang dan melihat alat kelamin mereka. "Dulu, anak saya saya jelaskan kalau yang boleh itu hanya dia, saya, dan mbak yang bantuin dia, lalu dokter ketika sakit, itu pun harus ada orang lain," ujar Diana. Ucapan tersebut ia ulang-ulang saban memandikan atau membasuh hajat putrinya.

Selain dari toilet training, pelajaran tentang seks juga bisa dari saat menyusui. Waktu penyapihan adalah momen ketika si kecil tidak lagi boleh menyentuh payudara ibu. Sebenarnya, Diana menambahkan, bisa dari kegiatan sehari-sehari untuk mengajarkan bagaimana duduk yang benar, tidak memakai pakaian dalam di luar rumah, hingga yang sepele, seperti tidak menarik-narik pakaian ibu.

DIANING SARI

Terhangat:
Penembakan Polisi | Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Mobil Murah

Baca juga:
Ini Radio Online Khusus Lagu Indonesia
5 Cara Buat Jus Lebih Sempurna
Desain Vintage, Mulai Lemari Hingga Bingkai
Leluasa dengan Gazebo Portabel


Anda sedang membaca artikel tentang

Ketika Balita Bicara Alat Kelaminnya  

Dengan url

http://metropolitstyl.blogspot.com/2013/09/ketika-balita-bicara-alat-kelaminnya.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Ketika Balita Bicara Alat Kelaminnya  

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Ketika Balita Bicara Alat Kelaminnya  

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger