Ribuan Bidan Siap Rayakan Hari Bidan Internasional

Written By Unknown on Sabtu, 04 Mei 2013 | 10.19

TEMPO.CO, Jakarta-Lebih dari 3000 bidan akan turun ke jalan dalam merayakan "Hari Bidan Internasional" yang jatuh pada 5 Mei 2013. "Ini bukan protes pemerintah, tapi gerakan damai untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah kematian Ibu dan anak," kata communication manager JHPIEGO, Hartono Rakiman, pada 3 Mei 2013 di Pacific Place, Jakarta.

Ribuan bidan ini direncanakan akan berjalan selama 5 kilometer di jalan Sudirman Thamrin menuju bunderan HI. Gerakan pada hari minggu ini, para bidan ingin menandai komitmen mereka menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.

Pada acara yang berlangsung bersamaan dengan pawai car free day, para bidan juga menawarkan konsultasi gratis kepada masyarakat sekitar. "Mereka juga akan memberikan konsultasi gratis ibu hamil, ukur tekanan darah, timbang berat badan, serta memberikan pendidikan dan konseling KB," kata Hartono.

Selain merayakan hari bidan Internasional, JHPIEGO dan Ikatan Bidan Indonesia juga mengadakan talk show bersama empat orang bidan inspiratif Indonesia di @america pada Jumat 3 Mei 2013. Acara itu juga sekaligus menandai ulang tahun JHPIEGO yang ke 40 dan ulang tahun IBI yang ke 62.

Keempat bidan inspiratif Indonesia ini berbagi pengalaman-pengalaman mereka dalam membantu persalinan berbagai ibu di daerah terpencil.

Bidan pertama adalah Wiwik Mutmainah. Wanita asal Jakarta ini sudah berprofesi menjadi bidan sejak 1965. Pada sekolah-sekolah bidan, kebanyakan pembelajaran persalinan dilakukan dengan menggunakan alat praga. Ternyata, alat praga yang terbuat dari Fiber Glass itu adalah satu hasil karya Wiwik. "Itu hasil kreativitas saya dibantu anak saya yang insinyur," kata bidan yang berpendidikan D1 itu.

Peciptaan alat praga melahirkan berupa phantom, membuatnya menjadi master trainer pada Jaringan Nasional Pelatihan Kesehatan dan pelatih nasional untuk Kementerian Kesehatan.

Bidan kedua adalah Roetmentahingsih. Wanita asal Surabaya ini pun memiliki posisi penting dalam manajeman rumah sakit umum dan bertindak sebagai pelatih. Salah satu pengalaman wanita yang sudah menjadi bidan sejak 1964 ini, adalah ketika ia membantu melahirkan seorang ibu yang sebelumnya keguguran. Sebagai salah satu master trainer untuk P2KT dan JNPK ia pun sudah pernah dikirim ke San Diego.

Eros Rosita, bidan ketiga, memiliki prestasi yang tak kalah dari para bidan sebelumnya. Eros berhasil mengajarkan pelayanan kesehatan modern kepada suku pedalaman Baduy, Banten. Suku pedalaman itu sebelumnya tidak pernah mau menggunakan imunisasi, atau bahkan menaiki kendaraan bermotor. Tapi dengan perjuangannya, warga suku Baduy mulai mau mengikuti pelayanan kesehatan modern yang diajarkan Eros. "Saya butuh enam tahun agar mereka mau percaya dan mengikuti ajaran saya," kata Eros bercerita.

Ia mengaku setiap hari berkeliling kampung itu untuk meyakinkan dan mulai mengajarkan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal persalinan kepada masyarakat yang budayanya cukup kental itu.

Bidan terakhir, Listiyani Ritawati, lebih banyak berperan bak seorang arsitek daripada seorang bidan. Kesungguhannya membuat sumur di daerah Gunung Kidul sangat membantu para warga sekitar untuk menjalankan kegitannya. "Sebelum sumur itu ada, di musim kemarau warga harus jalan 2 kilometer untuk dapat air bersih," katanya.

Menurut Listiyani, kebutuhan air di daerah itu sangat diperlukan apalagi untuk membantu kegiatan persalinan yang ia tangani. "Yang paling terharu itu, ketika ada seorang ibu hamil yang harus berjalan 2 kilometer untuk mendapat air bersih karena suaminya sedang merantau," lanjutnya. Berkat usahanya membuat sumur, sudah tidak ada lagi angka kematian bayi di daerah itu. Kemudian penyakit akibat kurangnya air pun berkurang di daerah itu.

Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stabil, menurut data terakhir dari UNFPA dan WHO, Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi pada angka kematian ibu dan bayi lahir di Asia. "Bidan itu masih mempunyai peran penting, namun keberadaannya sering diabaikan dalam upaya mengurangi angka kematian ibu dan bayi," kata Hartono.

MITRA TARIGAN

Topik terhangat:
Susno Duadji
| Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional


Baca juga:

Masih Terlihat Atletis, Ini Rahasia Donny Damara
Anak Alergi Susu Bisa Jadi Alergi Sekolah
Benci Penampilan Sendiri? Ini Penyebabnya
Protein ASI Bisa Memulihkan Antibiotik Resisten


Anda sedang membaca artikel tentang

Ribuan Bidan Siap Rayakan Hari Bidan Internasional

Dengan url

http://metropolitstyl.blogspot.com/2013/05/ribuan-bidan-siap-rayakan-hari-bidan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Ribuan Bidan Siap Rayakan Hari Bidan Internasional

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Ribuan Bidan Siap Rayakan Hari Bidan Internasional

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger